Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendieta, Pelajaran Teramat Pahit

Kompas.com - 06/12/2012, 15:39 WIB

Oleh  Gatot widakdo dan Amanda Putri

”Kawan, kapan gajian?” Ungkapan itu kerap disampaikan Diego Mendieta kepada kawan- kawan yang menjenguknya di Rumah Sakit dr Moewardi, Solo, Jawa Tengah, Minggu (2/12). Mendieta, si pesepak bola yang memperkuat Persis Solo itu, ingin segera pulang dan bertemu keluarganya di Paraguay.

Namun, belum sempat mendapat jawaban, Mendieta ”berpulang” untuk selama-lamanya, Senin (3/12) malam.

Teman sesama pemain di klub Persis Solo, Ndaru Tri Laksana, mengatakan, Mendieta merindukan sang istri, Valeria Alvarez Ibanez, dan dua anak mereka, Ciello (4) dan Gaston (2). Foto mereka terpajang dalam kamar kosnya yang berukuran 3 meter x 3 meter di Kalitan, Solo.

”Sebenarnya, agennya sudah menawarkan tiket pulang, tetapi dia memilih menunggu gajinya cair. Katanya, masa pulang kerja enggak bawa uang?” ujar Ndaru ketika menunggu jenazah di ruang forensik Rumah Sakit dr Moewardi, Rabu.

Ndaru bercerita, Mendieta kesulitan dana selama enam bulan terakhir sejak Persis Solo bubar, Juni lalu. Saat itulah kontraknya di Persis berakhir, sementara gajinya selama empat bulan terakhir belum dibayar.

Setelah itu, Mendieta mengikuti banyak pertandingan sepak bola antarkampung dan memperoleh uang sekadar untuk bertahan hidup. Terakhir, ia masih bermain dalam Piala Batik, Oktober lalu.

Kesehatan Mendieta mulai menurun sekitar November awal. Ia kerap pusing dan muntah-muntah. Dibawa ke Rumah Sakit Yarsis Solo, Mendieta dinyatakan menderita tifus. Setelah pulang, ia kembali sakit dan masuk ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Karena penyakitnya tak terdeteksi, pihak rumah sakit merujuk Mendieta ke Rumah Sakit dr Moewardi.

Pihak rumah sakit menyatakan Mendieta terkena cytomegalovirus yang menyerang otak. Kondisinya semakin kritis dan sempat masuk ke ruang perawatan intensif. Tak lama, maut merenggutnya.

Dalam perawatan, pemain yang dikontrak Persis Solo untuk semusim kompetisi itu kesulitan biaya. Tak hanya untuk membayar biaya perawatan di rumah sakit, Mendieta pun sudah enam bulan menunggak pembayaran kosnya sebesar Rp 6,9 juta. Bahkan, untuk makan sehari-hari, dia mendapat banyak bantuan dari rekan. Suporter Persis, Pasoepati, sampai menggelar nonton bareng Piala AFF 2012 saat Indonesia bertanding melawan Laos dan Malaysia untuk menggalang dana bagi Mendieta.

Isak tangis kadang mewarnai doa suporter, sampai jenazah Mendieta dibawa ke Bandara Adi Soemarmo dengan iringan sepeda motor, kemarin. Di tengah hujan deras, jenazah Mendieta sore itu dibawa ke Jakarta sebelum diterbangkan ke Paraguay.

Mantan Manajer Persis Solo Totok Supriyanto mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan pembayaran gaji Mendieta selama empat bulan sebesar Rp 131 juta. Uang itu ditransfer langsung ke rekening istri Mendieta. ”Selama Diego sakit itu bukan tanggung jawab kami karena dia kan sudah tidak di klub. Kewajiban kami hanya membayar gaji yang selama ini tertahan karena kami kesulitan dana,” tutur Totok.

Pihak agen, Theodora Wulansari dari PT Javindo, menyesalkan kematian Mendieta. ”Mengapa perhatian dan hak Diego baru diberikan setelah yang bersangkutan meninggal?” ujarnya.

Wali Kota Solo, yang juga Ketua Persis Solo 2006-2011, FX Hadi Rudyatmo mengatakan peristiwa ini merupakan tamparan bagi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). ”Ini pengalaman yang pahit, pemain asing meninggal dengan menyisakan permasalahan profesionalitas, masalah gaji yang belum dibayar,” kata Rudy yang merogoh kantong pribadinya untuk biaya rumah sakit Mendieta.

Tiga bulan lalu, kasus yang hampir sama menimpa pemain asal Brasil, Bruno Zandonadi. Dia meninggal di Indonesia karena infeksi otak dan dalam kondisi ekonomi yang minim. Dalam kondisi tak lagi dikontrak klub, dia kesulitan membiayai pengobatannya. Zandonadi meninggal pada 13 Oktober lalu.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com