Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertualang ke Negeri yang Tak Diharapkan

Kompas.com - 16/12/2012, 03:28 WIB

Hadirnya film The Hobbit: An Unexpected Journey garapan sutradara Peter Jackson yang diadaptasi dari buku The Hobbit karya JRR Tolkien (1937), ibarat pengobat rindu bagi para pencinta film trilogi Lord Of The Ring. Penonton ditarik kembali ke masa sebelum Frodo Balggins mengawal cincin iblis untuk dihancurkan.

Di Middle-earth atau dunia tengah, dikisahkan terdapat Kerajaan Erebor, negeri para kurcaci. Negeri yang dibangun dari emas itu terletak di dalam tubuh Gunung Sunyi. Kemakmuran menyelimuti Erebor hingga tiba hari ketika Smaug, sang naga, menyerang dan memaksa para kurcaci hidup berkelana meninggalkan tanah kelahiran.

Penyihir Gandalf The Grey yang memegang peta dan kunci rahasia menuju Erebor kembali membentuk tim kecil yang terdiri dari 13 kurcaci dan satu Hobbit. Berbeda dengan tim bentukan Gandalf dalam Lord of The Ring yang bertugas mengawal cincin iblis, tim yang dinamai Kelompok Thorin Oakenshield ini berjuang menemukan kembali Erebor.

Tokoh utama Hobbit dalam Lord of The Ring, Frodo, dimunculkan sekilas di awal cerita untuk menarik benang merah antara Lord of The Ring dan The Hobbit. Sama seperti Lord of The Ring, The Hobbit diawali dari sebuah pesta perpisahan yang digelar paman Frodo, Bilbo Balggins.

The Hobbit juga menampilkan kembali beberapa aktor yang sebelumnya turut berperan dalam trilogi Lord of The Ring. Cate Blanchett, Ian Holm, Christopher Lee, Hugo Weaving, Elijah Wood s, dan Andy Serkis.

Ketika Frodo bersiap menyambut Gandalf yang kembali diperankan oleh Ian McKellen, Bilbo justru mengenang awal petualangan bersama Gandalf, 60 tahun lampau. Kala itu, Gandalf menawarkan sebuah perjalanan kepada Bilbo muda yang diperankan Martin Freeman.

Tampak nyata 

The Hobbit disajikan berbeda dengan format tiga dimensi high frame rate (HFR) berkecepatan 48 frame per detik. Dengan kecepatan dua kali dari gambar film yang biasa kita tonton, penonton seolah dibawa langsung menikmati keindahan alam Middle-earth.

Burung-burung yang beterbangan seakan-akan bisa diraih dengan tangan. Lemparan puing-puing kayu begitu nyata hendak menghantam ke wajah penonton. ”Kita hidup di era digital yang berkembang pesat. Aku ingin membawa penonton keluar dari kursi dan menarik mereka menuju petualangan,” kata Peter Jackson dalam catatan produksi.

Keindahan hijaunya rumput pedesaan Shir –tempat tinggal Hobbit–bisa direguk sepuas-puasnya ketika menyaksikan Bilbo berlarian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com