Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joan Chen hingga Ario Bayu Kembali ke Masa Lalu Singapura

Kompas.com - 27/01/2013, 09:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Singapura pada era 1960-an adalah kota pelabuhan di mana etnik China, Melayu, dan India hidup dibayangi ketegangan politik dan rasial. Di sana pula tinggal ekspatriat Eropa dalam nuansa kolonial. Keriuhan budaya, politik, hingga perseteruan antargeng pada masa itulah yang menjadi latar serial TV baru Serangoon Road.

Film seri 10 episode ini merupakan serial orisinal pertama HBO Asia yang diproduksi berkolaborasi dengan Australian Broadcasting Corporation (ABC). Selain di Singapura, pengambilan gambar situasi negara kota pada era 60-an itu juga dilakukan dengan membangun set produksi di Studio Infinite di Batam, Kepulauan Riau. Studio berada tak jauh dari pelabuhan penyeberangan Batam-Singapura di Nongsa.

Di studio itu diciptakanlah kawasan hunian awal di Singapura, seperti Serangoon, China Town, dan Bugis Street. Lengkap dengan gerobak pedagang makanan kaki lima, cucian baju bergantungan di rumah-rumah toko pinggir jalan.

Paul Barron, kreator dan produser serial ini, menjelaskan, perlu riset serius untuk menjaga keotentikan latar Singapura pada masa lalu. Lingkungan studio yang terkontrol juga dibutuhkan karena serial ini memuat banyak adegan kejar-kejaran dan perkelahian di gang-gang sempit, juga kerusuhan dan ledakan bom di jalanan.

Selain di studio, beberapa lokasi lain di Batam, terutama kawasan pantai, juga digunakan untuk pengambilan gambar serial ini. Serangoon Road direncanakan memasuki tahap pascaproduksi pada 1 Februari. Selain disiarkan di Asia dan Australia, serial ini juga akan beredar di Eropa dan Amerika Serikat. "Singapura pada era 60-an adalah masa yang tak dikenal di Barat. Banyak di antara mereka yang hanya pernah dengar cerita Vietnam," ujar Paul.

Cerita manusia
Serial ini bukan hanya menyuguhkan laga, melainkan juga secara kuat menyentuh sisi kemanusiaan. Dalam kemasan cerita detektif, setiap episode memunculkan bintang tamu dan masalah yang dituntaskan, tetapi keseluruhan cerita juga diikat dengan satu problem yang baru terpecahkan di episode terakhir.

Pada salah satu episode, Paul mencontohkan, diceritakan tentang seorang perempuan di Singapura yang dikirim suaminya ke China untuk melindungi dari perang. Ia baru bisa kembali ke Singapura 25 tahun kemudian—karena China juga dibelit perang dan revolusi—dan mendapati suaminya sudah menikah lagi. "Itu cerita berdasarkan kejadian yang memang terjadi di tengah situasi perang di Singapura," ujarnya.

Artis kawakan Joan Chen, pemeran utama serial ini, ketika pertama kali menerima naskah Serangoon Road, terpesona pada semua hal tentang serial itu. Mulai dari latar sejarah hingga alur cerita—kecuali satu soal: karakter Patricia yang harus ia perankan semula terasa kurang kuat. Pada akhirnya, ia memutuskan berkontribusi menghidupkan karakter Patricia.

"Kami bersama-sama membuat perubahan yang diperlukan untuk menjadikan karakter ini lebih kompleks dan hasilnya bagus," ujar artis asal China yang belakangan menjadi warga negara AS.

Sebagai perempuan China yang hidup pada era 60-an, lama menikah dan tidak bisa punya anak, dalam diri Patricia tersimpan perasaan tidak berharga. Dari kerapuhan itu, karakter ini berkembang menjadi kuat. Dikisahkan, suami Patricia—yang mempunyai agensi detektif— dibunuh. Patricia bertekad meneruskan agensi itu dengan harapan suatu saat ia bisa mengungkap misteri di balik kematian suaminya.

Luka batin
Untuk menjalankan agensi detektif itu, ia mengajak Sam Callaghan (Don Hany), pria kelahiran Australia yang juga tetangga dan sahabat lama suaminya. Sam menyimpan luka batin mendalam karena dua peperangan besar yang pernah ia alami. Masa kecil Sam dilewatkan di kamp pengasingan tentara Jepang pada Perang Dunia II. Tumbuh besar, ia ikut bertempur pada masa darurat Malaya—perang antara tentara Persemakmuran Inggris dan pejuang di Singapura yang ketika itu masih bergabung dalam Federasi Malaysia. Ada alasan pula kenapa Sam sempat menghindari Patricia.

Berperan sebagai detektif, menarik Sam pada kancah berbahaya di mana geng dari komunitas rahasia China bertarung untuk menguasai jalanan, pihak-pihak asing berebut kekuasaan dan bermain intelijen di tengah situasi Singapura yang penuh gejolak politik politik dan rasial.

Selain menggandeng sejumlah pemeran film Singapura dan Australia, aktor Indonesia, Ario Bayu—antara lain dikenal lewat film Kala, Catatan Harian Si Boy, dan Laskar Pelangi—bermain dalam delapan dari 10 episode serial ini. Ario berperan sebagai inspektur polisi Melayu. Ia memandang Sam sebagai representasi kolonial yang sudah seharusnya pergi. Namun, hubungan kedua orang ini berkembang dalam relasi saling menguntungkan satu sama lain.

Soal Ario Bayu yang dikenalnya di serial ini, Joan Chen berkomentar, "He has a beautiful face, punya spirit yang bagus, dan saya rasa dia akan berkembang jauh."

Serial dengan ritme penuturan yang cepat ini disutradarai Peter Andrikidis dan Tony Tilse. Naskah ceritanya ditulis Michaeley O’Brien dan Tony Morphett. (Nur Hidayati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com