Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cedera Lutut, Si Raja Hantu bagi Atlet

Kompas.com - 20/05/2013, 03:38 WIB

Ada banyak cedera yang kerap mendera atlet. Dari semuanya, bagi para pebasket, yang paling ditakuti sehingga bisa disebut ”rajanya hantu” dari segala cedera adalah cedera lutut.

Jika cedera lutut sudah membekap, seorang atlet terpaksa istirahat paling kurang dua pekan. Kalau parah, bisa sembilan bulan. Lebih parah, si atlet terpaksa pensiun dini.

Satu kasus menimpa klub bola basket NBA, LA Lakers, belum lama berselang. Klub penuh wibawa yang tak pernah absen di babak play off itu terlempar pada putaran pertama play off. Semua itu akibat Kobe Bryant, shooting guard, mesti ”duduk manis” sembilan bulan karena cedera lutut.

Cedera lutut juga membuat Russell Westbrook, otak permainan Oklahoma City Thunder, terlihat tak begitu gagah, terpaksa berjalan dengan tongkat. Tanpa Westbrook, Thunder, finalis NBA 2012, tersingkir di semifinal Wilayah Barat.

Benturan

Menurut Sulaeman, anggota tim medis Dell Aspac Jakarta yang juara musim reguler Speedy NBL Indonesia 2012-2013, cedera lutut banyak menimpa pebasket Indonesia.

”Nomor satu cedera lutut, kedua cedera engkel, kemudian cedera otot pangkal paha dan cedera lainnya,” tutur lulusan Universitas Negeri Jakarta itu.

Cedera lutut biasanya terjadi akibat benturan yang keras dengan pemain lawan. ”Bisa juga karena benturan keras yang mengakibatkan pemain mendarat dalam keadaan tidak seimbang,” ujar Otah Tahyat, yang juga anggota tim medis Dell Aspac Jakarta.

Ada dua jenis cedera pada lutut. Pertama, serabut otot mengalami keregangan berlebih yang membuat ligamen sobek atau strain. Ligamen adalah pengikat antara tulang tungkai atas dengan tulang tungkai bawah. Tulang tungkai atas dan bawah memiliki lapisan, yakni meniskus, bentuknya seperti tulang rawan.

Jika ligamen sobek, pebasket terpaksa menjalani pemulihan dan tidak boleh berlatih atau bertanding tiga sampai empat bulan.

Jika sobekan pada ligamen cukup besar sehingga upaya penyembuhan harus dengan cara operasi medis, waktu pemulihan yang diperlukan lebih lama lagi.

”Bisa istirahat paling sedikit sembilan bulan. Malah kalau putus, ya, bisa tidak boleh bermain lagi untuk selamanya. Itu untuk bola basket. Kalau untuk atlet di cabang olahraga yang sifat permainannya tidak ada perbenturan fisik, pemulihan cedera ligamen sekitar enam bulan,” kata Sulaeman.

Adapun cedera lutut jenis kedua terjadi pada serabut otot yang mengikat tungkai atas dan tungkai bawah (joint) akibat regangan yang melebihi kemampuannya atau sprain. ”Kalau hanya sobekan kecil, istirahatnya cuma dua minggu. Tetapi kalau sobek besar, bisa empat hingga lima bulan harus istirahat,” ujar Otah.

Empat cara

Terdapat empat tahap penanganan terhadap pemain yang mengalami cedera di tengah pertandingan. Pertama, si atlet langsung ditarik keluar dari lapangan untuk segera diistirahatkan. Kedua, bagian yang cedera didinginkan dengan es untuk mencegah pendarahan yang mungkin terjadi pada saat otot atau urat sobek.

Langkah ketiga adalah pembebatan atau pembalutan. ”Karena, kalau pemainnya merasa sakit yang sangat mendera, harus segera dilakukan pembalutan dengan kondisi lutut tetap lurus. Es masih tetap ditempatkan pada bagian lutut yang cedera. Penempatannya di bagian depan, samping, atau belakang lutut yang dirasa sakit oleh si pemain,” kata Sulaeman.

Agar tidak terjadi pembengkakan, lanjut Sulaeman, tahap keempat adalah memastikan pemain harus tetap berbaring, dengan kaki dan lutut yang cedera diposisikan lebih tinggi daripada jantung.

”Posisi seperti ini harus tetap dijaga hingga atlet tiba di tempat penanganan lebih lanjut yang ditentukan. Di tempat itu, si atlet ditangani oleh dokter spesialis kesehatan olahraga sehingga dapat diketahui apakah cederanya hanya pada serabut otot atau pada ligamennya,” ujarnya. (WAD/NIC)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com