Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gamelan Warnai "The Hobbit: The Desolation of Smaug"

Kompas.com - 10/01/2014, 14:22 WIB
Irfan Maullana

Penulis

WELLINGTON, KOMPAS.com -- Music Director Padhang Moncar, kelompok musik gamelan yang ada di Wellington, Selandia Baru, Budi Surasa Putra (44), mengaku tak pernah mengira bahwa bunyi-bunyian gamelan yang dimainkan oleh grupnya itu kemudian menjadi bagian dari ilustrasi film kedua The Hobbit, The Hobbit: the Desolation of Smaug, yang disutradarai oleh Peter Jackson.

Diberitakan oleh VOA Indonesia pada Selasa (7/1/2014), bunyi-bunyian gamelan itu dimasukkan ke dalam film hasil adaptasi novel karya J.R.R. Tolkien tersebut berawal dari keterlibatan mereka dalam beberapa pementasan New Zealand Symphony Orchestra. Sebagian besar musik ilustrasi dalam The Hobbit memang dimainkan oleh orkestra tersebut.

"Dari sana mulai ada titik terang. Music Director dari The Hobbit menghubungi New Zealand Symphony Orchestra dan mereka memberikan nama saya untuk melihat gamelan," cerita Budi.

Sejak awal, Jackson, yang mencari nuansa musik baru khususnya dari timur, memang tertarik kepada gamelan. Sutradara film Hollywood itu akhirnya memasukkan bunyi-bunyian gamelan tersebut sebagai bagian dari ilustrasi musik untuk film tersebut. Film itu bercerita tentang petualangan Raja Thorin bersama para kurcaci, yang berusaha menemukan batu bernama Arkenstone, yang telah lama hilang dari Oakenshield.

Sebelum bunyi-bunyian gamelan itu dipastikan masuk ke dalam The Hobbit: the Desolation of Smaug, Budi harus memerdengarkan permainan gamelan oleh kelompoknya tersebut kepada tim film itu.

"Langkah selanjutnya, mereka datang dengan kru dan mencoba untuk merekam suara-suara itu (gamelan). Setelah itu mereka mencoba memasukkan nada-nada yang mereka mau, seperti yang ada di trailer (video promosi film itu)," ujar pria yang juga berprofesi sebagai dosen mata kuliah gamelan di New Zealand School of Music, Selandia Baru, tersebut.

Akhirnya, bunyi-bunyian gamelan yang dimainkan oleh Padhang Moncar dihadirkan untuk menghasilkan efek bunyi gemerincing koin emas di dalam adegan Bilbo Baggins (diperankan oleh Martin Freeman) berjalan di atas harta karun yang terletak di perut Lonely Mountain, tempat tinggal para kurcaci yang telah diambil alih oleh sang naga atau Smaug.

"Suara gamelan itu sudah dicampur dengan suara musik-musik yang lain. Mungkin dari banyak adegan itu ada suara gamelannya, karena jenis suara yang direkam itu banyak sekali," papar Budi, yang menetap di Selandia Baru sejak 1996.

Budi mengaku bangga atas dimasukkannya bunyi-bunyian gamelan dalam film yang juga melibatkan animator Indonesia Rini Sugianto itu.

"Bagi saya bukan masalah kecilnya keterlibatan gamelan dalam ilustrasi musik ini, tapi gamelan menjadi satu pilihan yang terlibat dalam film yang luar biasa mendunia ini adalah suatu yang membanggakan," kata pria yang juga memimpin kelompok musik gamelan Ngripto Raras, yang khusus untuk para warga negara Indonesia di Selandia Baru.

Para anggota kelompok gamelan Padhang Moncar, yang bewarga lokal Selandia Baru dan internasional, juga ikut bangga akan keterlibatan mereka.

"Kami melihatnya (kesempatan ini) adalah sesuatu yang luar biasa, karena berjuta-juta jenis musik (yang dipilih), kenapa harus gamelan? Dan, kebetulan, kenapa harus kami? Jadi, luar biasa, kami senang sekali. Meski pun kecil ya, (tapi) bisa terlibat dalam ilustrasi film ini. Kalau dari berjuta-juta musik itu ditawarkan, 'Mau enggak terlibat di ilustrasi musik Hobbit?' pasti semua jawabnya mau. Tapi, kami tidak minta. Kami diminta. Ini adalah sesuatu yang bagi saya luar biasa," ujar Budi sekaligus mewakili para pemain lain gamelan itu.

Alumnus Sekolah Tinggi Seni Indonesia di Surakarta tersebut berharap, dengan keterlibatan permaianan gamelan dalam film Hollywood, orang di dunia bisa lebih mengenal dan mencintai gamelan.

"Harapan saya mudah-mudahan gamelan ini bisa dikenal orang, tidak hanya orang Indonesia," tutur Budi. "Mudah-mudahan dengan keterlibatan ini bisa memicu atau mendorong kita semuanya untuk mencintai gamelan, mengembangkan gamelan, yang pada akhirnya gamelan itu lestari, tidak hilang," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com