Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Idris Sardi Menggenapi Konser Hidupnya Pagi Ini

Kompas.com - 28/04/2014, 14:02 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Senin pagi ini, 28 April 2014, Idris Sardi pergi kira-kira pukul 07.20 WIB. Raganya tak kuasa menahan sakit yang dideritanya, yang menyebabkan Idris terbaring lemah sejak akhir Desember 2013. Violis yang sudah merekam sekitar 1.900 karyanya dalam compact disc ini menderita penyakit semacam "slam" yang bersarang di lambung sampai mengganggu kerja katup paru-paru dan juga mengidap penyakit lever.

Mengenang Idris adalah mengenang seorang seniman tulen. Seniman yang berkarya untuk Tuhan dan untuk bangsa ini: Indonesia. Namanya melegenda sebagai seorang maestro biola. Di samping itu, dia juga seorang arranger yang mumpuni sehingga beberapa kali beroleh penghargaan sebagai ilustrator musik film.

Tulisan ini adalah sebuah rekaman kebersamaan saya bersama Idris, sebelum beliau tak berdaya lantaran sakit yang menyerangnya. Semoga kita bisa mengambil teladan darinya.

Pertama kali kami bertemu dan berhadap-hadapan awal tahun '90-an, saya masih jadi wartawan musik, sedangkan Idris Sardi adalah "dewa" biola Indonesia. Kala itu Idris sedang sibuk sebagai ilustrator musik pertunjukan Teater Populer pimpinan (alm) Teguh Karya berjudul Inspektur Jendral karya Nikolai Gogol. Untuk melengkapi wawancara, saya pun beberapa kali bertemu dengannya, baik di tempat latihan di Sanggar Teater Populer, daerah Kebon Kacang, Tanah Abang, maupun di kediaman Idris di daerah Perdatam, Ulujami, Pasar Minggu.

Kesan pertama yang muncul kala itu, Idris adalah musisi yang supertegas saat memimpin sebuah kelompok musik. Anggota orkestra yang dia libatkan dalam pementasan Inspektur Jendral kala itu adalah para tentara aktif atau mereka yang tergabung dalam Korps Musik Angkatan Darat. Ya, Idris sendiri karena kehebatan dan dedikasinya yang tinggi pada Tentara Nasional Indonesia akhirnya beroleh pangkat tituler.

Idris tercatat pernah menjadi anggota Kopassus dengan pangkat terakhir letnan kolonel. Tugasnya adalah mengajar musik, tetapi tak lama. Meskipun mantan anggota Kopassus, di dalam fotonya, Idris tidak memakai baret merah, tetapi baret hijau. Itu karena Idris juga mendapat tugas membina Korps Musik TNI. Tercatat beliau menciptakan beberapa mars untuk Kesatuan TNI. Salah satu di antaranya adalah Mars Wira Amur sebagai lagu tradisional Korps Penerbangan TNI AD.

Idris Sardi bergabung dengan TNI karena panggilan tugas, bukan keinginan sendiri. Karena itu, tidak melalui pendaftaran atau seleksi terlebih dahulu, tetapi langsung masuk. Ketika masuk TNI, usianya telah lebih dari 60 tahun. Beliau pun langsung dianugerahi pangkat letnan kolonel tituler. Itu adalah pangkat penghargaan. Beliau bertugas lebih kurang empat tahun, 1996 – 2000.

Yang masih teringat dari ucapan beliau kala itu, musik adalah sebuah kedisiplinan. Semua tertata dengan akurasi dan presisi yang mantap. Mulai dari nilai not hingga tempo. Itulah sebabnya, Idris tidak mau ada kesalahan saat memainkan musik. Maka tak heran, bentakan dahsyat kerap muncul dari mulut Idris jika salah satu anggota kelompok musiknya melakukan kesalahan.

Lama tak bertemu secara langsung, saya hanya mengamati Idris dari kejauhan. Hingga kira-kira 20 tahun kemudian, kami dipertemukan kembali. Saat bertemu pada sebuah acara Petang Sastra yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia tahun 2012, saya sudah kembali menjadi musisi. Kami pentas pada panggung yang sama.

Perubahan besar rupanya terjadi pada Idris. Dia yang tampil terlebih dahulu tampak gelisah sebab sound system yang disediakan panitia rupanya jauh dari yang disebut berkualitas. Saya yang telah paham dengan tabiat Idris mulai cemas, khawatir Idris akan meledak. Panitia dan penonton ikut tegang manakala pengeras suara mendenging tak karuan saat Idris memainkan biolanya. Tapi apa yang terjadi kemudian?

"Ini semua kesalahan saya," kata Idris tegas.

Tentu saja seisi ruangan bingung, beberapa di antaranya berhadap-hadapan dengan tanda tanya di kepala.

"Ya, semua kesalahan saya. Seharusnya saya membawa sound system sendiri agar pertunjukan saya sempurna. Ini kesalahan saya. Panitia sudah berupaya semaksimal mungkin."

The show must go on! Kendati sound system mendenging dan bunyi yang dihasilkan tidak maksimal, Idris melanjutkan pertunjukannya hingga usai. Dia memainkan beberapa lagu tradisional dengan iringan minus one dan gesekan biolanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com