Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Paper Towns": Lebih dari Sekadar Fantasi

Kompas.com - 06/09/2015, 15:45 WIB
Paper Towns menawarkan lebih dari sekadar fantasi dan melodrama. Jatuh cinta dan petualangan bersama kawan bak mantra magis dalam keremajaan. Film ini menyuguhkan keriaan itu sekaligus memaknai realitas yang berharga meski tak seindah fantasi.

Film Paper Towns merupakan garapan adaptasi dari novel karya John Green berjudul sama. Nama John Green berkibar berkat novel fenomenal The Fault in Our Stars yang sudah lebih dulu diadaptasi ke layar lebar dan meraup sukses. Michael H Weber dan Scott Neustadter yang sebelumnya mengadaptasi The Fault in Our Stars kembali menulis skenario adaptasi Paper Towns. Sementara sutradara film ini, Jake Schreier, sebelumnya dikenal lewat garapan film indie. Melalui Paper Towns, ia mengukuhkan debutnya sebagai sutradara film panjang di arus utama Hollywood.

Film ini dibuka dengan romansa. Quentin (Nat Wolff) adalah gambaran tipikal anak baik sejak kanak-kanak. Ia tekun belajar dan selalu berusaha menjauhi masalah. Ia meyakini, selalu ada keajaiban dalam kehidupan setiap orang. Margo (Cara Delevingne) adalah keajaiban bagi Quentin.

Ia jatuh hati kepada gadis kecil yang tinggal di seberang rumahnya itu sejak mereka kanak-kanak. Meski bersahabat di masa kecil, hubungan mereka merenggang. Quentin termasuk golongan remaja pintar, tetapi nerdy alias dianggap aneh. Sementara Margo masuk dalam kasta tertinggi pergaulan di sekolah. Ia menjadi siswi terpopuler, tak pernah sepi dengan kekasih dan teman.

Legenda
Begitulah, Quentin sekadar menonton gadis pujaannya yang berjiwa bebas itu tumbuh menjadi legenda di kawasan pinggiran kota Orlando tempat mereka tinggal. Hingga suatu ketika, Margo menyeret Quentin masuk dalam aksi petualangan. Tepat saat Quentin menemukan harapan, Margo menghilang, raib dari kota mereka.

Meski demikian, Quentin meyakini Margo meninggalkan petunjuk-petunjuk baginya karena gadis itu ingin Quentin menemukannya. Di sini babak romansa bergulir menjadi petualangan untuk mengungkap misteri Margo. Quentin tak sendiri. Dua sahabatnya, Radar (Justice Smith) dan Ben (Austin Abrams), bergabung dalam misi pencarian tersebut. Itulah gunanya sahabat, mendukung ketika sang kawan berjuang menemukan pujaan hati.

Kekuatan film ini ada pada dialog yang cerdas meski tak jarang juga mengundang tawa. Skenario adaptasi Paper Towns berusaha menangkap kecermatan John Green membangun karakter-karakter remaja melalui petikan dialog. Keberadaan Radar dan Ben, misalnya, bukan sekadar pelengkap cerita romantika Quentin dan Margo.

Radar adalah remaja Afro-Amerika yang cerdas. Ia berusaha membangun relasi yang sehat dan jujur dengan kekasihnya, tetapi terbebani obsesi orangtuanya pada figur Black Santa. Ben cenderung impulsif, nekat, tetapi gagap dan tak cukup percaya diri untuk mengungkapkan perasaan. Sementara Lacey, kawan sekolah mereka, membongkar stereotip siswi populer berambut pirang yang kerap dianggap sekadar pemuas mata.

Cerita film ini pun kemudian bergulir pada sebuah perjalanan yang memaknai persahabatan. Film remaja ini menyampaikan pesan: masa muda memang memberi energi berlimpah untuk mengejar mimpi. Namun, pada akhirnya, siapa pun harus bisa membedakan mana mimpi dan realitas serta menentukan apa yang sebenarnya berharga. (NUR HIDAYATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com