"Tiap hari saya bangun jam lima pagi. Selain buat salat juga karena saat itulah saya bisa ketemu anak-anak sebelum mereka sekolah," ucapnya di MNC Tower, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
"Saya kan baliknya suka malam. Malam enggak mungkin bisa ketemu karena pasti ada yang sudah tidur, ada yang les, atau lagi apa," tambahnya.
Selain itu, agar momen kebersamaannya dengan anak-anak dan suami tetap terjaga, Wulan menetapkan Minggu sebagai hari tanpa gangguan. Dengan kata lain, ia tak menerima pekerjaan pada hari itu karena ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya.
"Dalam tujuh hari, hari Minggu itu waktu uwek-uwekan (bercengkerama) sama anak-anak seharian. Pokoknya enggak mau diganggu. Terus saya pakai dua hari lagi untuk kegiatan gerakan Hope. Empat hari sisanya buat kerjaan lain. Misalnya shooting," tuturnya.
Karena tetap berusaha menyediakan waktu bagi keluarga itulah, Wulan bersyukur tak ada anak-anaknya yang protes dengan kesibukannya.
"Karena saya atur makanan anak-anak. Saya juga belanjain ke supermarket. Hidup saya memang sama anak-anak saya. Alhamdulillah, anak-anak saya enggak pernah jadi istilahnya 'anaknya mbak-mbak atau suster (pengasuh)'," ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.