Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kostum Merah untuk "Deadpool", Apa Maksudnya?

Kompas.com - 19/02/2016, 05:57 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – "Tunggu! Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa aku memakai pakaian berwarna merah. Well, itu karena aku tak ingin musuhku melihat aku berdarah," teriak seseorang dalam balutan kostum sembari memperlihatkan dua tangan. Badan orang itu masih terlindung di balik mobil.

Penggal adegan itu muncul pada 15 menit pertama film adaptasi komik Marvel, "Deadpool". Penggalan itu muncul saat Wade Wilson—tokoh utama film ini yang diperankan Ryan Reynolds—terlibat baku tembak dengan puluhan lawan.

Kostum merah mulai dipakai Wade sejak berniat membalas dendam dokter yang telah membuat kulit di sekujur badannya rusak. Semula, dia sempat memilih putih sebagai warna kostum. Tetapi, dia merasa warna itu tidak sreg, kurang menarik. Dia lalu menggunakan warna merah.

Itu pun, kostum merah pertamanya malah membuat suara Wade teredam. Memutar otak, dia mendapatkan berbagai material yang bisa dia jahit menjadi kostum dalam paduan warna merah dan hitam.

Bukan sekadar warna

Dari rentetan kisah di atas, merah warna kostum Deadpool seolah hanya soal tahapan waktu dan kebutuhan Wade menyembunyikan wajah dan kondisi kulitnya. Tak pernah pula ada penjelasan lebih panjang soal itu dalam kisah Deadpool di versi komik maupun film.

Marvel Studios Ryan Reynolds beraksi sebagai Deadpool.

Meski demikian, dalam psikologi warna, merah menggambarkan kemarahan, gairah, amarah, keinginan, kegembiraan, energi, kecepatan, kekuatan, kekuasaan, panas, cinta, agresi, bahaya, api, darah, perang, dan juga kekerasan. Filmmaker Peter D Marshall mengamini teori psikologi warna itu dalam situs web miliknya.

Buku More Alive with Color karya Leatrice Eisman menyebutkan, merah berarti kuat, berani, percaya diri, dan gairah. Warna ini melambangkan banyak makna, mulai dari cinta hingga kekerasan perang.

Wade boleh saja merasa nyaman dengan bahan dan warna kostum pilihannya. Namun, untuk sebuah film, apa pun warna yang tampil di layar lebar harus punya harmonisasi dengan keseluruhan scene.

"Meski sering diabaikan, tiap elemen warna dalam sinematografi ada maksudnya. Biasanya, yang dipakai adalah warna kontras agar emosi penonton terpacu,” ungkap Isaac Botkin, desainer yang juga filmmaker, seperti dikutip dari situs web pribadinya.

Color grading

Gabungan setiap elemen warna dalam sebuah cuplikan film, tegas Botkin, dapat menjelaskan karakter atau suasana apa yang dibawa tanpa harus menjelaskan.

"Bahkan, gradasi dalam film pun berperan penting. Pencahayaan hangat atau sinar dalam scene bisa menjadi tanda berakhirnya bahaya atau telah datang pertolongan," ujarnya.

Roxy Radulescu, pemerhati warna sinematografi sekaligus desainer asal Los Angeles, menambahkan, racikan warna harus mendapatkan tambahan gradasi atau proses pewarnaan yang tepat. Inilah penjelasan ringkas dari color grading, salah satu istilah teknis dalam proses pembuatan film layar lebar.

Marvel Studio Penggunaan elemen warna oranye dan biru pada film "Deadpool"

Dalam blog-nya, Radulescu menyatakan, teknik gradasi semula dipakai untuk menarik penonton agar tidak berpindah layar sehingga perubahan emosi sesuai maksud sang pembuat film tersampaikan dengan tepat. Namun, lanjut dia, belakangan kontras pewarnaan itu menjadi tren baru sesuai musim di dunia perfilman, terutama di Hollywood.

"Sejak 2000," ujarnya.

Menurut Radulescu, tren pewarnaan dan gradasi dalam film-film keluaran Hollywood setelah 2000 adalah oranye dan biru. Film-film Hollywood keluaran terbaru seperti Fantastic 4, Step Up, Spiderman, sampai Deadpool, misalnya, memakai pola itu.

Marvel Studio Gradasi warna oranye dan biru dalam film "Deadpool"

Namun, sebesar apapun upaya filmmaker menyeret emosi penonton dengan harmonisasi warna, pada akhirnya media tayanglah yang menjadi penentu penonton menerima pesan yang ingin disampaikan lewat paduan warna itu. Terlebih lagi, tak semua warna dapat tampil sesuai color grading bila media tayangnya tidak tepat, termasuk saat diputar-ulang di televisi.

Karena itu, butuh televisi layar digital dengan teknologi mumpuni, termasuk teknologi untuk mereproduksi warna digital seperti Panasonic Viera. Selain sudah menyematkan teknologi hexa chrome drive, berbasis enam warna dasar digital—merah, hijau, biru, cyan, magenta, dan kuning—televisi ini juga sudah mengadopsi teknologi resolusi 4K yang menjadi standar film-film bioskop teranyar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com