Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggun C Sasmi: Tak Adil Memuji Joey Alexander tetapi Mencibir Agnez Mo

Kompas.com - 22/02/2016, 11:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Penyanyi dan pencipta lagu Anggun C Sasmi (41) menulis opininya tentang go international, pengalamannya masuk industri musik internasional, serta sikap publik Indonesia terhadap mereka yang sudah atau belum berhasil go international.

Dalam tulisan itu, Anggun juga membahas pianis jazz belia, Joey Alexander, yang menjadi nomine pada dua kategori Grammy Awards 2016, serta vokalis Agnes Monica atau Agnez Mo, yang masih berusaha mewujudkan mimpinya untuk diterima publik dunia.

Anggun, yang berasal dari Indonesia, sudah menginternasional setelah merilis album Snow on The Sahara pada 1997. 

Tulisan Anggun yang berjudul "Histeria Go-International" itu dipublikasi melalui situs www.qureta.com pada Minggu (21/2/2016).

Anggun membuka tulisannya itu dengan menggambarkan Grammy Awards 2016, yang menempatkan Joey menjadi nomine Best Improvised Jazz Solo untuk lagunya yang berjudul "Giant Steps" dan Best Jazz Instrumental Album untuk albumnya yang berjudul My Favorite Things.

Anggun mengutarakan, Grammy Awards merupakan ajang pemberian penghargaan terpenting di seluruh dunia menurut pandangan para warga AS yang cenderung berpikir bahwa negara mereka merupakan pusat dunia.

Anggun mengutarakan pula bahwa industri musik AS sangat berpengaruh terhadap industri musik dunia, yang bisa mempengaruhi industri musik banyak negara lain.

Mereka yang ingin berhasil go international, lanjut Anggun, berusaha masuk melalui AS.

Anggun juga menceritakan pengalamannya masuk ke industri musik AS dengan album internasional pertamanya pada 1998.

Ketika itu ia harus mendapat apa yang disebutnya American treatment, dari klip video, kemasan album, dandanan, cara bicara, hingga tim kerja yang berbau Amerika.
Lalu, Anggun membahas tentang Joey Alexander, yang sedang dipuji-puji oleh publik Indonesia, karena masuk nominasi Grammy Awards 2016 dan tampil dalam dua pertunjukan dalam rangka perhelatan itu.

Anggun mempertanyakan akan seperti apa sikap publik Indonesia andai Joey tidak menjadi nomine Grammy Awards 2016.
 
"Apakah jika albumnya tidak dapat nominasi dari Grammy Awards, mungkinkah orang Indonesia akan tahu keberadaannya dan tetap bangga dengannya?" tulis Anggun.

"Jawabannya pasti berbeda-beda. Tapi buat banyak orang, yang paling penting nama Indonesia bergaung," tulisnya lagi.

Anggun juga menyoroti sikap sebagian netizen Indonesia yang tersampaikan lewat media sosial serta isi sejumlah portal berita Indonesia.

Dari situ, Anggun membandingkan sikap sebagian netizen Indonesia dan isi beberapa portal berita itu dengan sikap mereka terhadap vokalis pop Agnes Monica, yang sekarang menggunakan nama Agnez Mo.

Menurut Anggun, adalah tidak adil mereka memuji Joey, sementara bersikap sebaliknya terhadap Agnez, yang belum berhasil go international, padahal sering berbicara soal cita-citanya itu.

"Jika saya mengikuti logika berbagai tulisan itu, kesimpulannya adalah boleh mempunyai mimpi, tetapi harus berhasil. Saya pikir ini tidak adil sama sekali," tulisnya.

"Meraih mimpi itu hal yang sukar, banyak tahap yang harus dilewati, banyak juga faktor yang harus dimiliki, salah satunya adalah faktor keberuntungan," tulisnya lagi.

Anggun melihat, selain bekerja keras, Joey memiliki keberuntungan.

Joey beruntung karena berbakat besar, punya orangtua yang mendukung, diketahui talentanya oleh pemusik jazz AS kawakan dalam industri musik AS, serta berada di genre musik jazz, yang persaingannya tak seberat di genre yang dimasuki oleh Agnez.   

"Kembali ke Agnez Mo dan fenomena Joey Alexander, yang menarik buat saya di sini adalah antara ambisi dan ekspektasi orang Indonesia terhadap seorang artis," tulis Anggun.
Menjelang akhir tulisannya, dalam konteks kita berada pada era media sosial, Anggun menekankan beberapa hal.

Menurut Anggun, ambisi seorang artis serta kegagalan dan keberhasilannya untuk menggapai cita-citanya merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, bukan milik orang lain atau negara.

"Memang sangat luar biasa rasanya jika banyak orang ikut senang atas suatu kesuksesan. Ini adalah adrenalin yang mengangkat dan memberi motivasi yang tak terbayangkan," tulisnya.

"Tetapi, mencibir seseorang yang tengah berusaha, mengejek secara hampir histeris, membandingkan prosesnya dengan kesuksesan orang lain yang tentunya mempunyai cerita, tahap, cara, dan juga faktor keberuntungan yang berbeda, sekali lagi, sangat tidak adil," sambungnya.

Ia juga menyebut bahwa ada sejumlah orang lain dari Indonesia yang sudah mencapai keberhasilan internasional, tetapi tidak mendapat sambutan sehangat Joey, mungkin karena belum memenuhi kriteria keberhasilan menurut publik Indonesia.

"Banyak sekali anak Indonesia yang berbakat dan mencoba bahkan yang telah berhasil mempunyai karir di negri orang, tetapi sepertinya tidak mendapat tanggapan yang besar dari orang kita karena mungkin tidak masuk kriteria sukses mereka," tulisnya.

Pada ujung tulisannya, Anggun mengingat pesan ayahnya, mendiang seniman Darto Singo.

"Bapak saya dulu pernah bilang bahwa dalam hidup kita harus mempunyai mimpi, karena jika kita tidak punya mimpi, hidup kita akan hambar," tulisnya.

"Saya menginterpretasi ucapan beliau dengan serius, hidup harus ada tujuan dan sebisa mungkin kita mengarahkannya ke tujuan tersebut," sambungnya.

"Mewujudkan mimpi adalah sesuatu yang indah dan proses menjalaninya bisa memperkaya diri," tulisnya lagi.

"Mahatma Gandhi pernah berkata: "kejayaan itu berada dalam proses meraih mimpi, bukan oleh mimpi itu sendiri," tutup Anggun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com