Bangsa ini besar karena lahir dari budaya lisan dan tulis, memiliki sangat banyak naskah kuno sebelum datangnya buku-buku dari negara seberang, dan tak perlu rasanya merendahkan warisan leluhur demi memuji pengetahuan baru.
Kisah Bathara Kala sudah hidup lebih lama dari umur negara ini. Dan, Kala Cakra diyakini sebagai induk ilmu kebatinan di Tanah Jawa.
Kala berarti waktu dan Cakra adalah roda. Kala Cakra bermakna waktu yang terus berputar. Syahdan, Bathara Guru merajah Kala Cakra ke dada Bathara Kala demi memadamkan api amuk dan menyelamatkan manusia.
Cerita rakyat yang lain menyebut Kala Cakra adalah ilmu Sunan Kudus untuk melunturkan kesaktian Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, murid Sunan Kalijaga, ketika membela Arya Penangsang, muridnya.
Bisa jadi, ada tuturan-tuturan lain yang berkembang di masyarakat. Yang jelas, Kala Cakra diyakini laksana doa untuk memohon keselamatan dari aral dan petaka.
Setelah dirajah dengan Kala Cakra, Budjana merasakan kondisinya terus membaik. Dan, sejak saat itu ia justru semakin produktif dalam berkarya, selain terus bermain bersama GIGI dan beragam panggung jazz.
Pada 2013, ia merilis "Joged Kahyangan" yang direkam di California. Pada tahun itu, Budjana pun mengeluarkan "Dewa Budjana Chrismas Collection".
Lalu, Budjana meluncurkan "Surya Namaskar" pada 2014 yang direkam di Los Angeles dan "Hasta Karma" pada 2015 yang direkam di New York.
Paruh terakhir tahun lalu, ia menggelar pertunjukan "Duaji & Guruji" bersama John Mclaughlin di Ubud, Bali. "Aku juga masih menyiapkan album berikutnya dan bersyukur banyak yang membantu," ujarnya.
Surya Namaskar, yang bermakna penghormatan kepada matahari, yang selain judul dari album Dewa Budjana, juga salah satu kaidah dalam yoga, semakin mengukuhkan betapa ia tak melepaskan diri dari semesta.
Jika pun harus merangkum Nyepi, matahari, dan musik dalam satu kata, Budjana yang pada 2000 merilis album "Gitarku" menjawab: meditasi.
Bandung, 11 Maret 2016