Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eva Celia Beramah-ramah dengan Air

Kompas.com - 29/05/2016, 15:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Artis peran dan penyanyi Eva Celia (23) tak lupa menyempatkan diri untuk membantu sesama dalam kegiatan kemanusiaan di tengah kesibukannya di dunia hiburan.

Kegiatan terbaru putri artis peran, model, dan penyanyi Sophia Mueller atau Sophia Latjuba ini adalah mendukung kampanye daring (online) urun dana United Nations Development Programme (UNDP).

Kampanye itu bertujuan menyediakan air bersih untuk warga desa Napu, Sumba Timur.

Bagaimana pengalaman pertama membantu crowdfunding?
Rasanya susah spread awareness, tapi lebih mudah dengan media sosial.

Pengalaman ini membuka mataku, kita para generasi milenial ternyata merupakan populasi terbesar.

Gen Y itu banyak juga yang memakai sosial media, jadi penting untuk membuat perubahan dunia.

Aku senang bisa membantu raise awareness.

Sejak kecil Mama adalah inspirasiku, she is a caring person yang peduli lingkungan dan isu-isu dunia terkini.

Aku selalu berpikir bagaimana untuk membuat dunia ini jadi lebih baik.

Kampanye UNDP ini adalah sebuah langkah baru. Bukan langkah besar, tapi yang pasti ini akan terus berjalan.

Dalam kampanye ini Eva mengajak orang-orang untuk berdonasi. Ada berapa banyak yang berhasil kamu ajak?
Waterhouse project itu temanku, dan dia jadi bagian besar dari kampanye UNDP.

(UNDP Senior Programme Manager, Verania Andria, mengungkapkan bahwa Waterhouse Project menyumbang hampir Rp 200 juta dari total donasi Rp 350 juta).

Sebelumnya pernah ikut kegiatan sosial?
Biasanya independen sama teman-teman.Walau tidak disebar luas, tapi kami ingin melakukan sesuatu untuk orang lain.

Seperti memberi donasi untuk panti asuhan, memberi makan gelandangan, dan menyelamatkan binatang.

Apa bedanya melakukan kegiatan sosial secara independen dan sekarang?
Jumlah personalnya saja.

Ketika shooting di Sumba (untuk film Pendekar Tongkat Emas) apakah kamu pernah mengalami kesulitan air?
Nah, ini sangat menginspirasiku. Aku tidak pernah mengalami itu ketika di Sumba.

Shooting film saat itu di Waingapu, di kota yang semuanya tersedia, ada supermarket, ada segala macam.

Ketika shooting di desa yang letaknya jauh dari kota, aku tidak terlalu menyadari bahwa penduduk itu butuh air karena fokus untuk shooting yang sangat memakan waktu.

Aku punya pengalaman ketika shooting adegan action. Waktu itu kami istirahat di pinggir jalan. Jarak tempat itu 30-60 menit dari kota.

Lalu kami melihat anak-anak berseragam sekolah dengan sandal dan tas kotor berjalan kaki.

Mereka jalan dari mana? Padahal letak sekolah itu jauh, sekitar 15 menit dengan naik kendaraan. Di situ aku mulai sadar...

Jadi, aku juga belajar hal baru di sini, bukan karena aku tahu lebih banyak. I wannna take counter measure, reverse it and make it better.

Dari kampanye ini adakah yang berdampak ke gaya hidupmu?
Aku jadi lebih aware terhadap penggunaan air, jadi jauh lebih irit.

Dulu biasanya mandi bodo amat terhadap penggunaan air, tapi sekarang dua atau tiga menit harus beres.

Jadi perang batin ketika membuang-buang air, padahal masih ada orang-orang yang membutuhkan.

Mamaku juga jadi lebih irit. (Nanien Yuniar/Aditia Maruli)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com