JAKARTA, KOMPAS.com - Maumere Jazz Fiesta Flores, festival musik jazz internasional yang menampilkan pemandangan eksotis di bagian Timur Indonesia, akan digelar pada 15 dan 16 Oktober 2016.
Gelaran tersebut merupakan upaya untuk memperkenalkan kembali Maumere, yang terletak di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
"Saya ingin membangkitkan Maumere sebagai destinasi pariwisata. Kenapa acara ini digelar? Karena ingin memperkenalkan kembali Maumere," ujar Founder & Festival Director Agus Setiawan Basuni dalam jumpa pers di Beka Resto, Balai Sarbini, Jakarta Selatan, Rabu (5/10/2016).
Tujuan mengenalkan kembali Maumere ke mata dunia menjadi isu utama festival ini. Untuk diketahui, gempa dan tsunami dahsyat pernah melanda Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur pada 12 Desember 1992. Sebanyak 2.500 orang tewas.
Kerusakan terparah terutama dialami Kota Maumere dan Pulau Babi, pulau berdiameter 2,5 kilometer di utara Flores. Dari kedahsyatan dan dampaknya, tsunami Flores merupakan salah satu yang terkuat di Indonesia, selain tsunami Aceh 2004.
Sejak saat itu, destinasi wisata di Maumere seakan terlupakan.
"Maumere tahun 1980-an adalah tempat diving bagi para pe-diving di seluruh dunia. Pada tahun tersebut turis mancanegara yang datang sangat banyak. Tapi Maumere tahun 1992 kena tsunami dan koralnya rusak," lanjut Agus.
Lahan hutan mangrove Babah Akong akan menjadi tempat berdirinya panggung Maumere Jazz Fiesta Flores. Selain menampilkan jazz, akan ada juga aksi menanam 300 pohon bakau.
Selain menjanjikan keindahan alam Maumere, Babah Akong dipilih dengan alasan untuk mengangkat isu lingkungan hidup.
"Setelah kami keliling beberapa tempat, memang kami ingin angkat lingkungan hidup. Apalagi dulu habis bencana alam. Jadi ada isu lingkungan hidup dan keindahan alam. Sebenarnya di tempat-tempat lain juga banyak, cuma itu harus memakan waktu beberapa hari," ujarnya.
Beberapa musisi nasional dan lokal akan dilibatkan. Mereka adalah Andre Hehanussa, Ivan Nestorman (Ivan and the Nestornation), Syaharani, Trie Utami, Ras Muhamad, Barry Likumahuwa, Djaduk Ferianto, Emil & Orkestra Satu Sikka, dan Big One.
"Ini festival jazz yang berbeda dari lainya karena ada bakau, pantai, laut, dan perbukitannya," ujar Agus lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.