Menanam jazz
Pergelaran musik menjadi semacam pintu masuk bagi orang untuk datang dan mengenal dari lebih dekat.
Orang diajak datang menikmati Mandiri Maumere Jazz Fiesta, bukan sekadar untuk nonton jazz di tengah hutan bakau. Mereka juga diajak menghayati bahwa di balik keindahan lebat hutan itu tersimpan kenangan akan tsunami 1992.
Kenangan itu melekat kuat di memori Baba Akong (69), yang bersama Anselina, sang istri, menanami pantai dengan mangrove.
"Air naik sampai kaki gunung, segini," kata Baba Akong sambil mengangkat tangan ke atas kepala.
Ditemui Kompas di tengah hutan bakau, Baba Akong mengisahkan bagaimana wilayah itu dulu boleh dibilang gundul.
Upaya awal Baba Akong menghutankan kawasan pantai itu dicibir orang. Ia berkukuh hati membentengi desa dari terjangan tsunami.
Tahun 1993, ia bisa menanam sekitar 1.000 pohon. Ia terus menanami kawasan pantai hingga hari ini hamparan hijau bakau tampak asri di mata.
Perjuangan Baba Akong menjadi pengingat bahwa alam bisa bersahabat jika manusia merawatnya. Dan, itulah yang dirayakan Maumere Jazz Fiesta.
"Anak muda nonton jazz dan menanam pohon. Itulah yang kami inginkan. Ada fakta historis tentang tsunami di daerah ini. Itu mengapa kami mengajak kaum muda untuk mengingat peristiwa itu," kata Agus Setiawan Basuni, Direktur Maumere Jazz Fiesta.
Tak kurang dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya terlibat dalam usaha penanaman bakau bersama 500 mahasiswa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.