Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kong: Skull Island": Pertarungan Penyeimbang Alam

Kompas.com - 09/03/2017, 17:08 WIB
Tri Susanto Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Amarah kera raksasa King Kong meledak ketika tim ekspedisi yang dipimpin oleh Preston Packard (Samuel L Jackson) menjatuhkan bom seismik di habitatnya dalam film berjudul Kong: Skull Island.

Tim yang menjalankan sebuah misi itu tidak lepas dari langkah yang telah diambil oleh ilmuwan bernama William Randa (John Goodman). Randa berhasil membujuk pemerintah AS untuk menyetujui ekspedisinya menggali kekayaan sebuah pulau misterius di Samudera Pasifik itu.

Tugas Packard adalah melindungi tim ekspedisi tersebut dengan membawa pasukan bersenjata lengkap. Ia menggaet seorang eks-tentara bernama James Conrad (Tom Hiddleston) untuk membantu menjalankan misinya.

Seorang jurnalis, Mason Weaver (Brie Larson), yang penasaran akan isi pulau misterius tersebut, ikut dalam rombongan itu.

Tindakan Kong yang memorak-porandakan pasukan bersenjata tersebut membuat mereka terpencar-pencar. Sebagian anggota pasukan itu dimusnahkan oleh Kong.

Packard, yang tidak rela atas perlakukan Kong, membalas kematian anak buahnya dengan pasukan yang masih ada.

Di sisi lain, Conrad, yang terpisah dari Packard justru mendapat pengalaman tidak terduga. Ia bertemu dengan Hank Marlow (John C Reilly), seorang tentara AS yang terjebak di pulau tersebut selama lebih dari 20 tahun.

Bersama Weaver, Conrad menyelami kehidupan orang-orang setempat yang menghuni pulau tersebut.

Film yang disutradarai oleh Jordan Vogt-Roberts tersebut mengambil latar waktu 1970-an. Ketika itu, AS baru saja mengakhiri perang dengan Vietnam. Namun, Perang Dingin antara AS dengan Uni Soviet masih berkecamuk.

Pihak dua rumah produksi yang membuat film itu, Legendary Pictures dan Tencent Pictures, mampu menghadirkan suasana berbeda dalam film tersebut, tanpa lupa menghadirkan monster-monster musuh Kong yang dinamai skull crawler.

Pertarungan mereka disebut sebagai faktor penyeimbang alam di pulau itu. Jika tidak ada Kong, para skull crawler, yang hidup di bawah tanah, muncul ke permukaan untuk memusnahkan hewan-hewan di pulau tersebut.

Pertarungan Kong dengan skull crawler berbeda dengan ketika Kong berhadapan dengan dinosaurus T-Rex dalam film King Kong (2005).

Tidak hanya itu, sederet hewan lain, yang berukuran tidak lazim, juga ditampilkan. Hewan-hewan itu adalah water buffalo, gurita raksasa, semut raksaa, dan laba-laba raksasa.

Vogt-Roberts sendiri diketahui mengambil lokasi shooting di Vietnam, Hawai, dan Australia.

Bagaimana tanggapan para penonton?

Ady Prawira, contohnya, mengungkapkan rasa kagumnya. Ia menilai sinematografi yang digarap oleh Larry Fong bagus.

"Gue sih berpendapat keren, apalagi dari segi sinematografinya. Gue menangkap visualisasinya kayak nyata, apalagi gue nontonnya di IMAX. Sebagai blockbuster cocok lah untuk saat ini," kata Ady.

Sementara itu, pendapat berbeda diungkapkan oleh Andira, yang menonton bersama Ady. Menurut Andira, jalan cerita film tersebut kurang jelas.

"Gimana, ya? Visualnya emang keren, tapi jalan ceritanya kurang jelas. Ini gimana bisa begitu, enggak dijelasin aja. Maksudnya, kayak tokoh-tokohnya yang enggak digali agak dalam. Yang menonjol cuma si jurnalis itu. Enggak jauh beda sama kisah cinta antara Kong sama wanita kayak film sebelumnya," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com