Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Salam Perpisahan Untuk Kapitalisme di Milan Design Week 2017

Kompas.com - 07/04/2017, 16:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

HAJATAN Milan Design Week 2017 pada April di sesi khusus mengusung tema provokatif “Capitalism is Over”. Sebuah pameran alternatif, memancing ironi di tengah hingar-bingar festival, seminar, ekshibisi furnitur dan produk interior bergengsi.

Raumplan, sebuah inisiatif kolektif para desainer, arsitek dan periset isu urban mencuri perhatian publik di Milan, Italia. Mereka menggagas ruang praktik interdisipliner desain dengan pemikiran-pemikiran kritis. Menggelar program kuratorialnya di Cascina Cuccagna.

Apa yang direspons Raumplan atas kondisi dunia mengingatkan sebuah jajak pendapat pimpinan bisnis global versi Bloomberg pada 2012. Hasilnya, menyatakan bahwa 70 persen dari partisipan percaya bahwa kondisi kapitalisme dikatakan sebagai dalam masalah serius.

Sepertiga dari koresponden membutuhkan sebuah kerja radikal untuk meninjau regulasi-regulasi bisnis internasional.

Dan kita ingat, setahun sebelumnya, gerakan sosial Occupy Wall Street di New York mengguncang dunia. Sebuah fenomena mengungkap kekawatiran penguasaan modal sejumlah 1 persen manusia “mengangkangi” 99 persen populasi dunia, yang sampai kini masih terus dikumandangkan oleh aktivis-aktivisnya.

Perubahan-perubahan sudah terjadi dimana-mana. Membaca Buku Al Gore, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat yang sempat meraih Nobel perdamaian, di The Future (2013), kita menemukan analisa masa depan agak tragik.

Mulai ekonomi global yang menaruh harapan perimbangan kekuatan negara dibanding arogansi korporasi, revolusi digital, dan bio teknologi sebagai keniscayaan sains sampai mendesaknya perhatian penentu kebijakan publik tentang isu iklim ekstrim dan pemanasan bumi serta transisi energi.

Gore, selebihnya membahas melimpahnya populasi yang menekan konsumsi sumber daya alam yang berlebihan, meningkatkan krisis teritori berskala global. Segala yang ditulis Gore dalam 378 halaman di bukunya laiknya “seismograf”.

Budi Pradono via Bambang Asrini W Salah satu karya Abet Laminati yang dipamerkan di Milan Design Week 2017.
Rambu-rambu peringatan akan segera datangnya “gempa lebih dahsyat” bagi bumi, jika perubahan tidak segera diantisipasi.

Ide Raumplan mungkin terinspirasi para futurolog. Separuh sains probabilitas dan riset sisanya ramalan.

Seperti kombinasi dari HG Wells, John Naisbitt, Alfin Toffler, atau Al Gore, yang memandang dunia dalam kondisi mengenaskan, meskipun kita dan tak ketinggalan para desainer mulai merasakannya sendiri gejala-gejala “katastropik” yang tengah terjadi.

Sementara itu di Cascina Cuccagna, mereka membingkai kapitalisme yang dikatakan mengalami senjakala, sebuah skenario muram disodorkan. Para desainer kemudian membincangkan isu-isu politik, krisis energi, dan masa depan bumi.

Mereka mewujudkannya via instalasi, produk-produk revolusioner berkonteks masa depan.

Membayangkan semangat retro, era ketika kehidupan belum mengeksploitasi sumber daya alam di masyarakat pra industri. Semangat romantisme diuarkan, dengan berbalik ke alam dengan produk recycle atau ketika era dengan konsep bengis “homo homini lopus” atau manusia menjadi predator bagi sesama dikritik keras.


Budi Pradono dan dua anjing

Salah seorang partisipan, arsitek sekaligus desainer dari Indonesia Budi Pradono, menyajikan simbol ungkapan keterasingan jiwa berbentuk dua anjing: Poppy & Brownie (Poppy dengan berat 1 kg, dimensi 255 mm x 160 mm x 280 mm dan Brownie dengan berat sekitar 2kg dengan dimensi 465 mm x 300 mm x 325 mm), sebuah karya collectible items.

Dodi Pradono Poster Poppy & Brownie karya Budi Pradono
Anjing sebagai teman sejati, representasi dari era ekonomi post-industri, dan pencarian hakikat menjadi warga kota ideal. Berefleksi terhadap gelombang urbanisasi yang membuat manusia superior, makmur secara finansial dalam waktu sama mengalami keterasingan.

Teknologi makin maju, terutama teknologi informasi, namun relasi antar mahluk dicekam kegelisahan akut.

Demokrasi didengungkan sebagai solusi bagi kesejahteraan dari rakyat biasa, berubah menjadi korporatokrasi yang energinya dikendalikan oleh perusahaan multinasional.

Globalisasi mulanya didamba menjadi tulang punggung saling pengertian teritori antar bangsa, malahan menciptakan ketegangan penguasaan sumber-sumber daya alam yang mencipta ancaman perang.

Seperti kata Budi Pradono, “Dua ekor anjing di kota tua seperti sebuah ratapan untuk merestorasi paras kota dengan preservasi dan konservasi secara total. Waktu paling tepat memperhatikan daerah-daerah terpencil yang ditinggalkan manusia untuk pergi kota”.

Budi Pradono membuat metafora anjing adalah simbol kesetiaan terhadap kebajikan dan nilai-nilai lama, jauh sebelum gelombang kapitalisme tiba. “Kesenjangan sosial meluas di kota-kota, diperparah ketegangan orientasi ideologi dan politik yang dipermudah justru di era teknologi informasi,” ujar Budi Pradono.

Salah satu instalasi karya Maya Manz di Milan Design Week 2017
Watak alienasi, sambung Budi, tercipta karena cita-cita yang keliru pada modernitas, kepercayaan mutlak hal-hal yang bersifat materiil. Poppy dan Brownie adalah ungkapan kehausan spiritual warga kota, yang mendamba kesetiaan atas mitra mereka sesama manusia menjadi mahluk hidup yang utuh.

Desainer ini dengan karyanya ingin mengatakan bahwa manusia masih memiliki harapan, terutama dengan kekuatan warga yang mandiri. Membangun jejaring di jagat maya, mempromosikan kesetiaan, saling menghargai dan mendamba ketulusan-ketulusan seperti dua anjing tersebut.

Di event yang sama, pada seni-seni lain, yang banyak bertebaran di kota Milan, pengunjung ekshibisi melihat para desainer independen, kelompok-kelompok inisiatif kreatif dengan produknya me-review jejaring bisnis swakelola sebagai lelaku katalis pemasaran anyar.

Demokratisasi pasar terjadi dengan revolusi teknologi informasi serta strategi memproduksi produk-produk yang dipresentasikan secara unik. Korporat besar tak mau kalah, seperti Ikea dan Amazon, menjajal produk-produknya dengan kemungkinan menjadi tren pada 2017 dengan dukungan logistik yang sangat maju dan berakar di benak konsumennya.

Tahun ini, ajang prestisius bazaar produk desain sejagat yang dilakoni 3.000 exhibitor dari berbagai negara berlokasi di beberapa tempat di Milan.

Pavilliun Indonesia yang mewakili negara dengan puluhan desainer partisipannya memamerkan karya-karya produk yang lolos seleksi kurasi Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif), dengan tampil membawa detail berbasis kekayaan budaya kita, misalnya rotan, kayu, kain tenun dan batik. Sedangkan jenis produk mebel seperti meja, kursi dan sofa, serta home décor.

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com