Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jodhi Yudono
Wartawan dan budayawan

Menulis esai di media sejak tahun 1989. Kini, selain menulis berita dan kolom di kompas.com, kelahiran 16 Mei ini juga dikenal sebagai musisi yang menyanyikan puisi-puisi karya sendiri maupun karya penyair-penyair besar semacam WS Rendra, Chairil Anwar, Darmanto Jatman, dan lain-lain.

Saya Pancasila, Kamu?

Kompas.com - 01/06/2017, 13:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorJodhi Yudono

"Nah salah seorang temenku pernah ikut ujian mata kuliah tersebut sampai empat kali dan enggak lulus-lulus juga. Kebayang kan ..Padahal yang namanya pelajaran Pancasila dari SD udah "didoktrinkan" atau ikut yang namanya penataran P4 juga kan... tapi kok enggak lulus... lulus...," kenangnya.

"Padahal pertanyaannya juga itu itu saja, tentang butir-butir Pancasila yang jumlahnya banyak... Sampai akhirnya kita godain aja kalau kamu yang kelima kali ga lulus juga akan dipanggil ke komdak hehe..." katanya.

"Aku dulu hafal sampai ngelothok butir-butir Pancasila karena jadi wakil cerdas cermat P4 seprovinsi, acaranya mewah di Surabaya, dapat uang saku banyak, uangnya kubelikan buku banyak.... Tapi sekarang aku bisa lupa sama sekali butir P4 ada berapa... Hahahaha..." ungkap Johana Ernawati yang seorang wartawati.

Senada dengan Mas Prasetyo, Aries Tanjung juga punya cerita lucu tentang Pancasila.
Guru: A, Pancasila ada berapa?!..
Murid A: Tujuh bu!...
Guru marah.
Murid B: Pssst,...Pancasila itu ada lima!...
A: "Huuh,...aku jawab tujuh aja dimarahin, apalagi lima!...

Nah, begitulah kawan-kawan saya bicara mengenai Pancasila. Di zaman Orde Baru, Pancasila memang menjadi sedemikian powerfull dan "dipaksakan" agar diserap oleh para pelajar dan mahasiswa.

Selain menghabiskan waktu berjam-jam yang melelahkan, juga menghabiskan banyak anggaran. Entah berapa miliar rupiah biaya yang digelontorkan untuk 'proyek' P4 waktu itu.

Hasilnya, seperti kata Johana Ernawati, hafalan mengenai butir-butir Pancasila dalam P4 itu pun menguap begitu saja.

Selanjutnya, kita pun berhadapan dengan zaman yang terus bergerak dan berubah. Dan jawabannya ya seperti kawan-kawan saya di atas saat ditanya mengenai Pancasila.

Padahal di dalam sanubari kita telah ditanamkan pengertian bahwa Pancasila adalah pijakan bangsa ini dalam bertindak. Pancasila seharusnya menjadi ruh dalam kita bergerak.

Pancasila bukan sekadar hafalan yang harus diucapkan tiap kali anak-anak sekolah melaksanakan upacara bendera.

Atau menurut penyanyi Iwan Fals dalam lagu "Bangunlah Putra-putri Ibu Pertiwi", "Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut/ Yang hanya berisikan harapan/ Yang hanya berisikan khayalan."

Ya ya... Pancasila adalah ideologi yang seharusnya menjadi kenyataan hidup bangsa ini. Pancasila oleh para pendiri Republik ini juga dimaksudkan sebagai "way of life", sebagai jalan hidup yang bisa membuat bangsa ini lebih berdaya.

Tapi entah apa soalnya, bangsa ini tidak juga menjadi bangsa besar semenjak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Bahkan beberapa negara tetangga kita menyalipnya kencang-kencang dan lalu meninggalkan kita jauh di belakang.

Entahlah, yang salah itu "jalannya" atau "yang berjalan". Yang terang, bangsa ini seperti berjalan di tempat.

Sementara negara-negara ASEAN telah beranjak menuju kemakmuran, kita masih berkutat dengan persoalan-persoalan enggak mutu macam korupsi dan sebangsanya.

Maka tak heran jika almarhum Harry Roesli yang dulu dikenal sebagai seniman bengal itu, rada frustrasi jika menyanyikan lagu "Garuda Pancasila". Inilah lirik Lagu "Garuda Pancasila" versi Harry Roesli:

Garuda pancasila
Aku lelah pendukungmu
Sejak proklamasi
Selalu berkorban untukmu
Pancasila dasarnya apaaaa
Rakyat adil makmurnya kapaaan
Pribadi bangsaku
Tidak maju majuu
Tidak maju majuu
Tidak majuuuu majuuuu

***
Pancasila oh.. Pancasila... Susah payah dulu para pendiri bangsa ini mencari dan menemukannya untuk dijadikan jalan dalam kita bertindak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com