Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rentak Gamalama di Indonesia Kaya

Kompas.com - 18/09/2017, 11:06 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS,com--Pada akhir pekan lalu, Minggu 17 September 2017 pukul 15:00 WIB, Galeri Indonesia Kaya menggelar acara bertajuk Rentak Gamalama yang menggambarkan kehidupan dan kebiasaan masyarakat Ternate, Maluku yang diinterpretasikan menjadi sebuah pertunjukan musik dan tari tradisi.

Pertunjukan ini ditampilkan oleh Ramonriaw bersama Sanggar Gamalama, sebuah komunitas yang  mewadahi seniman tradisi, khususnya seni musik dan tari yang aktif berkreasi dengan mengedepankan sisi dan budaya Ternate

“Kami ingin memperkenalkan dan mempromosikan Wilayah Timur Indonesia, agar dapat menarik masyarakat untuk mendatangi tanah Ternate khusunya, untuk lebih mengenal, menambah wawasan dan mempelajari budaya Ternate yang merupakan daerah kesultanan terbesar dahulunya. Pertunjukan ini juga bertujuan mempertahankan dan mengembangkan keragaman kesenian tradisi wilayah Timur Indonesia khususnya Ternate, Maluku agar dapat dikenal oleh generasi saat ini,” ujar Ramonriaw.

Pertunjukan ini dibuka dengan penampilan Tarian Soya-Soya yang bercerita tentang perperangan pasukan Kesultanan Babullah untuk merebut kembali benteng dan menyerang tentara Portugis. Gerak dinamis atraktif dan energik dipadu musik Ternate yang kental membuat suasana perperangan terlihat dan dirasakan oleh para penikmat seni yang hadir di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, sore ini.

Tarian Dana-Dana, sebuah tari ceria yang menggambarkan sebuah pesta muda-mudi juga dihadirkan. Gerakan riang bernuansa zapin dan musik arababu yang memikat, menjadi paduan penampilan gerak dan musik yang memikat. Selain itu, ada juga Tari Gumatere, sebuah tarian ritual yang memiliki unsur spritual untuk mengusir sebuah kutukan yang berasal dari Marotai, Maluku Utara. Ragam tarian yang ditampilkan oleh Sanggar Gamala ini dikonsep oleh Ramonriaw dan iringan musik dari Namuei Ensemble.

Pertunjukan kali ini juga menampilkan Kesenian Bambu Gila, sebuah kesenian tradisi lama masyarakat Maluku yang sudah ada sebelum masuknya agama Islam dan Kristen di Maluku. Kesenian yang sangat kental akan kesan spiritual yang menggunakan bambu sebagai medianya ini sering ditampilkan di berbagai acara adat dan budaya di Maluku.

Cara memainkan bambu gila sangat sederhana, para pemain hanya memeluk dan menahan laju bambu yang bergerak melonjak sesuai kemauan sang pawang. Sebelum permainan bambu gila ini dimulai, sang pawang membakar kemenyan. Pawang yang menggunakan pakaian serba merah, termasuk pada celana dan ikat kepala ini terus menggucapkan mantera-mantera untuk menggendalikan bambu yang awalnya ditutupi selembar kain. Permainan ini biasanya dimainkan oleh para lelaki dengan jumlah ganjil. Untuk pertunjukan hari ini, pawang mengajak 4 orang penikmat seni untuk ikut serta mengendalikan bambu dan menahannya agar tidak lepas. Permainan berlangsung dengan iringan musik, semakin cepat musik yang mengiringi, semakin liar dan cepat gerakan pada bambu.
 
“Indonesia Timur memiliki kekayaan dengan keberagaman seni dan budayanya yang unik seperti kesenian bambu gila yang ditampilkan di Galeri Indonesia Kaya sore hari ini. Kesenian yang dulunya sebagai bagian dari kehidupan spiritual masyarakat Maluku ini sekarang lebih difungsikan sebagai atraksi seni atau hiburan bagi masyarakat Maluku. Pementasan sore ini juga sebagai apresiasi serta upaya melestarikan warisan budaya Maluku pada generasi muda,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

***
Sekilas Galeri Indonesia Kaya (GIK)
Galeri Indonesia Kaya merupakan ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan Indonesia sebagai wujud komitmen Bakti Budaya Djarum Foundation untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.

Ruang publik yang berlokasi di West Mall Grand Indonesia lantai 8 ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dalam memadukan konsep edukasi dengan digital multimedia untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia, khususnya bagi generasi muda, dengan cara yang menyenangkan, terbuka untuk umum, dan tidak dipungut biaya.

Konsep desain mengangkat ke-khas-an Indonesia dalam kekinian diangkat di dalam interior seperti rotan, motif parang, bunga melati, batok kelapa dan kain batik tulis dari 14 daerah sebagai ornamen. Secara keseluruhan, terdapat 14 aplikasi yang bisa ditemukan di GIK, antara lain: Sapa Indonesia, Video Mapping, Kaca Pintar Indonesia, Jelajah Indonesia, Selaras Pakaian Adat, Melodi Alunan Daerah, Selasar Santai, Ceria Anak Indonesia (Congklak), Layar Telaah Budaya (Surface), Arungi Indonesia, Batik Indonesia, Oculus Rift, Area Peraga, dan Fantasi Tari Indonesia.

Tempat seluas 635 m² ini juga memiliki auditorium yang didukung fasilitas modern sebagai sarana bagi pelaku seni maupun masyarakat umum untuk menampilkan berbagai kesenian Indonesia dan kegiatan lainnya secara gratis, termasuk pengunjung dan penontonnya. Setiap pelaku seni memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan auditorium, baik untuk latihan maupun pertunjukan.

Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.(*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com