Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tebang!", Komposisi Suram Sarat Makna dari Primata untuk Selamatkan Orangutan

Kompas.com - 15/09/2018, 19:57 WIB
Irfan Maullana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Grup band Primata punya cara unik untuk mengajak pendengar musiknya menjaga lingkungan hidup.

Lewat bahasa musik yang universal, Rama Wirawan (gitar) dan Adhitomo Kusumo (bass) menyampaikan pesan penting lewat "Tebang!", sebuah komposisi instrumental yang memuat imbauan stop deforestasi demi menjaga kelestarian hutan sebagai habitat asli orangutan.

Dalam kesempatan berbincang dengan Kompas.com, Rama bercerita bahwa komposisi "Tebang" ia sengaja ciptakan tanpa lirik. Sebagai gantinya, "Tebang" memiliki ornamen musik yang mewakili emosi berapi-api, nuansa suram, kemudian kesan depresif.

"Memang sengaja seperti itu (tanpa lirik). Gue rasanya bosan menyampaikan pesan secara verbal. Dulu kan gue juga cameraman, gue pikir gambar aja bisa menyampaikan pesan, pasti musik instrumental juga bisa menyampaikan pesan," ujar pria yang bekerja sebagai juru kamera stasiun televisi swasta itu.

Dari pemikiran itu Rama mulai bereksperimen. Ia mengawalinya dengan menonton video-video pembalakan liar di Indonesia yang diunggah stasiun televisi Al Jazeera melalui YouTube.

Baca juga: Negara dalam Deforestasi  

Satu per satu video penggundulan hutan Rama cermati untuk mendapatkan emosi yang tepat sebelum ia 'muntahkan' melalui permainan gitarnya.

"Gue tonton, terus gue coba iringi pakai gitar tiap adegan di video itu. Ya semacam scoring musik buat film-film gitu," kata Rama.

"Semua gue kerjakan di kamar," lanjutnya lalu tertawa.

Agar pendengar "Tebang!" cepat mencerna bahwa komposisi ini menyampaikan pesan stop deforestasi atau pengawahutanan, Rama memasukkan raungan gergaji mesin sebagai intro musiknya yang kemudian direspons dengan distorsi gitar nan suram.

Tak kalah pentingnya dengan isu pengawahutanan, komposisi "Tebang!" juga menyampaikan pesan penting agar manusia lebih peduli lagi dengan kelangsungan hidup orangutan di alam liar.

"Konflik antara manusia dan orangutan di Kalimantan kian serius dan tampak tidak berujung. Konflik menjadi tak terhindarkan karena primata orangutan dan manusia punya kecenderungan memilih habitat yang sama. Orangutan cenderung memilih kawasan dataran rendah dan subur. Lokasi itu justru disukai manusia karena cocok untuk budidaya perkebunan kelapa sawit dan karet," kata Rama menjelaskan.

Baca juga: Dua Ekor Orangutan Pulang Kampung ke Habitat Asli

"Krisis ini yang menginspirasi kami dalam menulis 'Tebang!', lagu yang bernuansa suram dan depresif ini berusaha memusikalisasi keadaan yang sama ketika penebangan hutan di Kalimantan terus terjadi tanpa memedulikan habitat orangutan maupun satwa liar lainnya," pungkasnya.

"Tebang!" sudah bisa didengarkan dan diunduh secara gratis di laman band Primata, primatatheband.bandcamp.com, serta tersedia di berbagai layanan musik streaming seperti Spotify, iTunes, Deezer, dan lain sebagainya.

Selain itu, single ini telah masuk ke dalam album kompilasi Samping Jakarta yang dirilis oleh Kedubes Bekasi dan Paviliun Records.

"Tebang!" digubah dan diaransemen oleh Rama Wirawan dan Adhitomo Kusumo, kemudian direkam serta diramu oleh Wendy Arintyo di ALS Studio, Rempoa, Tangerang Selatan pada Juli 2017, dan akhirnya dipoles oleh Reza Hilmawan di MRH Studio, Jakarta. Track drum diisi oleh Ria Antika, gitar tambahan oleh Reddy Aulia (Makmur Sejahtera), dan terompet oleh Prima Mouthu (Makmur Sejahtera).

Artwork sampul yang merupakan ilustrasi wajah sedih orangutan, digambar dengan teknik pointilism yang cermat oleh seniwati muda berbakat, Dwi Triyana Fatma Suri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com