Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wow... Pertunjukan Teater di Rumah!

Kompas.com - 21/11/2018, 14:14 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

TUJUHPULUH MENIT berada “di dalam” pertunjukan Teater Vocarium & Teater Amarta, Yogyakarta, yang mementaskan lakon  “Suara-Suara” sungguh menakjubkan.

Lakon yang disadur Christyan AS dari “Nyanyian Angsa” karya Anton Chekov, itu disutradarai sendiri oleh Christyan AS yang juga menjadi pemeran utamanya.

Dibantu aktris Nunung Deni Puspitasari, Andy Wahyudi Tuangke, Rizal Eka, Helmifu, dengan iringan musik cello Justitias Jelita dan organ tunggal Agus Umbu, pementasan dibuka dan dilanjutkan dengan sejumlah kejutan.

Lokasi pementasan "Suara-Suara" bukan di atas panggung, bukan pula di gedung pertunjukan, melainkan di dalam sebuah rumah kosong yang lama ditinggalkan penghuninya.

Para calon penonton yang menanti saat pementasan dengan bayaran sukarela, itu tampak jongkok atau duduk di teras dan di rumputan, di halaman luar, menikmati suguhan kopi teh dan jajan pasar.

Tiba-tiba pintu garasi yang semula tertutup pintu besi dibuka dari dalam. Dari garasi terdengar musik dangdutan dan jogedan. Para pemain dan kru pementasan memanggil para penonton agar masuk ke dalam garasi untuk ikut berjoget bebas. Christyan yang berkostum badut dan Nunung, berimprovisasi saling memperkenalkan diri sekaligus berkenalan dengan hadirin yang jumlahnya dibatasi hanya 15 orang, mengingat ruangan yang sempit.

Usai berhuraria, hadirin diajak memasuki ruang tamu dari dalam pintu garasi. Ruang tamu gelap. Hanya ada iringan musik. Para penonton bebas duduk lesehan di mana saja. Lalu dalam kegelapan para pemain masuk membuka adegan. Di tengah kegelapan tampak bayangan tokoh utama, sang badut, yang mendengkur dan kemudian meracau karena mabuk. Beberapa pemain masuk dengan lampu senter masing-masing yang warna-warni, melakukan pelbagai gerak sambil memainkan cahaya senter mengelilingi ruang yang ternyata berisi dipan berkasur yang di atasnya si badut tengah tidur mendengkur. Lalu musik dan suara-suara terdengar. Para pembawa senter bergerak keluar masuk sejumlah pintu kamar dan ruangan di dalam rumah itu. Termasuk dapur dan kamar mandi.

Badut yang kemudian sadar lalu menyalakan lampion karena lampu kamar mati. Dan itu ternyata menggambarkan ruang rias di samping panggung pertunjukan. Lampu kecil di dinding dan di atas plafon menyala. Di dalam kesetengahgelapan itulah kita tahu bahwa si badut VASILI SVIETLOVIDOFF (Christyan AS) adalah aktor tua 68 tahun yang kesepian setiap kali gedung pertunjukan ditinggalkan penonton. Keluhan, derita, kesunyian, dan kesendirian aktor yang selalu dieu-elukan di atas panggung tapi di dunia nyata dikucilkan dan tidak dikehendaki oleh siapa pun itu - bahkan tidak ada anak dan istri - terdengar parau dan menyedihkan. Ia hanya sesekali ditemani perempuan tua, juru bisik panggung, NIKITA IVANITCH (Nunung Deni Puspitasari).

Berinteraksi dengan penontonNoorca Massardi Berinteraksi dengan penonton

Lakon yang nyaris merupakan monolog itu terasa miris mengingatkan kita pada para aktor tua dan pensiunan yang telah ditinggalkan para pemuja dan orang-orang dekatnya. Atau para mantan penguasa yang kehilangan pamor dan kuasanya yang sudah ditinggalkan para penjilat dan cecunguknya, namun masih memimpikan kejayaan duniawi. Sebuah lakon yang selalu aktual karena setiap tahun pasti selalu ada individu yang menginjak usia tua dan pensiun tanpa teman dan sahabat.

Pelbagai kenangan dan kejayaan yang diingatkan Nikita mampu membuai dan menghibur Vasili. Ia pun mereka-ulang sejumlah adegan pelbagai lakon masa lampau yang pernah mereka tampilkan. Sampai tiba-tiba mereka kehilangan kostum dan properti yang mereka cari. Vasili lari ke garasi, Nikita masuk ke ruang lain. Penonton ditinggalkan di ruang tamu. Hanya terdengar suara percakapan Vasili dan Nikita yang berada di ruang berbeda.

Ketika Vasili menyatakan sudah menemukan yang dicarinya, Nikita masuk ke ruang tamu dan mengajak semua penonton agar ikut ke garasi mencari Vasili, lalu dipersilakan duduk lesehan di mana saja. Ternyata, di garasi yang sudah diubah jadi ruang pertunjukan baru itu Vasili ingin memperlihatkan adegan penutup yang sangat ikonik pada masanya. Penonton pun menikmati akhir pertunjukan yang ditampilkan dalam cahaya lebih terang.

Lakon pendek "Suara-Suara" yang getir itu, di bawah sutradara muda multitalenta Christyan AS, tampil menjadi sesuatu yang tampak mengharukan, menghibur dan menakjubkan. Ia berhasil mengemas  dan memadukan ruang, cahaya, gerak, suara, musik, kostum, dan properti dengan sangat kompak dan efisien. Kendati dalam dominasi gelap, dengan pencahayaan lampu senter dan lampion seadanya, bahkan tanpa pendingin dan kipas angin, "dunia pentas" dan "dunia penonton" itu sungguh melebur secara nyata. Semua tampil sederhana, apa adanya, namun tampak disiapkan secara profesional, dan karena itu menjadi indah dan mengharukan.

Konsep mengajak penonton menjadi bagian dari pertunjukan yang betapa pun terasa artifisial bila dipentaskan di gedung pertunjukan, terasa lebih realistis dan nyata di ruang tamu dan garasi yang sempit itu. Konsep teater dalam rumah yang sudah banyak dilakukan orang lain selama ini, juga terasa sekadar memindahkan panggung ke dalam rumah. Namun Christyan mampu lebih dari itu. Ia justru menampilkan dan menguasai hampir seluruh ruang di dalam rumah, termasuk lorong-lorong dan kamar serta gudang yang ada. Baik dengan permainan aktor dengan senternya yang keluar masuk ruang, maupun musik serta suara-suara pelbagai benda rongsokan dan gemerincing yang terdengar di mana-mana.

Sebuah konsep "teater kecil dalam rumah penonton" yang terasa sangat milenial dan universal, serta masih mampu dieksplorasi lebih jauh dan lebih liar lagi. Termasuk bisa mengajak pemain dan penonton ke pekarangan, bahkan ke tanah lapang atau taman di sekitar rumah. Tentu saja bila tetangga dan pengurus RT serta Satpam lingkungan tidak berkeberatan (sebagaimana di rumah pertama yang sudah mereka persiapkan ternyata ditolak warga).

Serta bila konsep pencahayaan minimalis itu tetap bisa ditangkap jelas oleh lensa kamera, terutama yang menerangi wajah pemain. Bravo Chrstyan AS dan kawan-kawan! Semoga konsep TKDRM (teater kecil dalam rumah penonton) ini bisa juga dibawa untuk dipentaskan di rumah-rumah tinggal yang masih ada penghuninya, di perkampungan atau diperkotaan, di rumah-rumah mewah atau dalam apartemen. Tidak hanya di rumah kosong sederhana sebagaimana penampilan mereka pada pukul 19.30 wib 19-22 November 2018 di Jalan Palagan Tentara Pelajar No. 72 di seberang Gedung Serba Guna (belakang Kimia Farma), Jogjakarta itu. (NOORCA M. MASSARDI)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com