Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyanyi Sunyi Revolusi, Pementasan Teater Tentang Penyair Amir Hamzah

Kompas.com - 02/02/2019, 17:56 WIB
Irfan Maullana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS - Sebagai bentuk komitmen terhadap upaya mengangkat sastra Indonesia ke dalam seni pertunjukan, Titimangsa Foundation didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation menggelar sebuah pementasan teater bertajuk "Nyanyi Sunyi Revolusi".

Pementasan ini mengangkat kisah hidup seorang penyair besar Indonesia, Amir Hamzah yang dipentaskan pada 2 dan 3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta.

Amir Hamzah merupakan salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, sebuah kerajaan yang pada masa Hindia Belanda terletak di Sumatera Timur. Lewat kumpulan puisinya "Nyanyi Sunyi" (1937) dan "Buah Rindu" (1941) memposisikan nama Amir Hamzah sedemikian penting dalam kesusasteraan Indonesia.

HB Jassin menyebutnya “Raja Penyair Pujangga Baru”. Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga dikenal sebagai salah seorang yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

"Amir Hamzah merupakan salah satu tokoh penting dalam perkembangan bahasa Indonesia dan kecintaannya akan bahasa Indonesia dapat dilihat dari dukungannya kepada Sumpah Pemuda yang baru berumur dua tahun dan komitmennya untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai pertemuan dan kehidupan sehari-hari," ujar Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian.

Baca juga: Hadiri Pementasan Balet Gempi Bersama Gading, Gisel Canggung Dilihatin Orang

Menurut Renita, kiprah Amir Hamzah inilah yang harus disebarluaskan kepada generasi saat ini, bahwa bahasa Indonesia melalui proses tidak mudah untuk menjadi bahasa pemersatu seperti yang kita kenal saat ini.

"Melalui pementasan ini, harapan kami masyarakat Indonesia menjadi lebih bangga pada bahasanya dan khazanah sastra Indonesia di mana karya sastra itu menggambarkan serta mampu menjadi sumber untuk menggali identitas dan peradaban suatu bangsa,” ucapnya.

Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga punya peran besar dalam lahirnya republik ini. Saat masih sekolah di AMS Solo, Amir sudah aktif bersama teman-teman sekolahnya dalam berbagai perkumpulan pemuda seperti Jong Sumatera, dan Amir tergabung juga dalam perkumpulan Indonesia Moeda yang menyuarakan kesadaran nasionalisme melawan kolonialisme Belanda.

"Meskipun demikian berprestasi, jalan hidup Amir sesungguhnya sangat tragis. Kesedihan cinta yang diputuskan oleh politik kolonial yang bersembunyi di balik adat, juga kematiannya yang menyedihkan di tengah revolusi kemerdekaan," ujar artis peran Happy Salma selaku produser pementasan dari Titimangsa Foundation.

Naskah pementasan ini ditulis oleh Ahda Imran, penyair yang juga dikenal menulis sejumlah naskah panggung.

"Kekuatan karya Amir Hamzah terletak pada estetika bahasa yang merdu, menggali kata dari berbagai khazanah bahasa lama, terutama Melayu, tapi dengan makna yang lebih segar, baru dan sesuai dengan semangat jaman saat itu, ketika modernisme kian tumbuh jadi kesadaran dalam sastra dan budaya. Sajak-sajak Amir memberi darah baru pada yang lama," ujar Ahda Imran.

Pementasan ini disutradarai oleh Iswadi Pratama, sutradara Teater Satu Lampung yang karya terbarunya banyak dipentaskan bersama Teater Satu di Jepang dan Australia. Ia pernah menyutradarai Perempuan di Titik Nol dan Buried Child karya Sam Shepard yang dinobatkan sebagai pertunjukan teater terbaik Indonesia versi majalah Tempo tahun 2008.

"Amir Hamzah tidak menyisakan bagi kita sebuah pernyataan atau tulisan yang membakar dan mampu menggerakkan massa dalam jumlah besar untuk melawan atau menentang. Amir menyisakan dua kata bersahaja yang berguna bagi kita yang hidup saat ini, yakni memaafkan dan mencintai," ujar Iswadi Pratama

"Di antara gelombang revolusi social yang berkecamuk, Amir tetap tampil sebagai seorang penyair, seorang suami, dan seorang ayah yang lembut dan semata-mata ingin melindungi keluarganya dengan cinta dan rasa percaya yang begitu teguh pada kebajikan," lanjut dia.

Baca juga: Pementasan Jakarta Dance Meet Up #2 Kembali Libatkan Pengamat

Titimangsa Foundation menghadirkan para pemain yang sangat berdedikasi dan ingin terus menantang dirinya untuk berkembang dalam keaktorannya. Lukman Sardi akan bermain sebagai Amir Hamzah, Prisia Nasution berperan sebagai Tengku Tahura.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com