Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stereotip Negatif Tionghoa Sengaja Diciptakan Belanda

Kompas.com - 14/05/2008, 19:58 WIB

 

 

Semarang, Rabu--Karya-karya sastra Belanda kolonial menggambarkan orang-orang Tionghoa secara negatif. Hal itu menunjukkan bahwa stereotip negatif terhadap etnis Tionghoa di Indonesia merupakan warisan zaman kolonial Belanda.

Widjajanti Darmowijono, kandidat doktor dari Universitas Amsterdam Belanda yang meneliti karya sastra Belanda Kolonial mengatakan, stereotip negatif itu terlihat dari deskripsi penulis mengenai sifat-sifat orang Tionghoa. Orang China selalu digambarkan suka menipu, mencuri, tamak dan licik, katanya dalam diskusi bertema Pecinan dalam Sastra Belanda Kolonial 1880 1950 : Produksi-Reproduksi Imaji Benci tapi Rindu , Rabu (14/5), di Universitas Katolik Soegijapranata, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Ia meneliti karya sastra Belanda yang ditulis mulai tahun 1880-1950. Menurut dia, stereotip negatif dalam karya-karya penulis Eropa itu tidak bisa dilepaskan dari berbagai peristiwa yang terjadi di Hindia Belanda pada masa itu.

Antara tahun 1880-1900, karya sastra Belanda Kolonial itu melukiskan etnis Tionghoa sebagai pedagang candu dan tukang gadai yang menyengsarakan rakyat Jawa. Menurut Widjajanti, pada masa in i rakyat Jawa begitu menderita akibat tanam paksa. Pemerintah Belanda sengaja menjadikan etnis Tionghoa sebagai kambing hitam. Padahal, pemasok candu itu adalah Belanda, jelasnya.

Karya sastra yang muncul antara tahun 1900-1920 lebih banyak mengulas kehidupan sehari-hari etnis Tionghoa. Karya yang muncul antara tahun 1921-1940 mulai banyak membahas Pecinan. Gambaran negatif tentang etnis Tionghoa masih kerap muncul.

Penulis Hongaria Laszlo Szekely, misalnya, menggambarkan kampung Cina (Pecinan) mirip sarang semut yang berjubel, sempit, gaduh dan berbau busuk. Jauh beda bila dibandingkan tempat tinggal bangsa Eropa yang tenang, luas dan rapi.

Karya-karya yang muncul antara tahun 1941-1950 banyak melukiskan kondisi pecinan yang terbakar. Simon Franke dan jurnalis Henk van Maurik, misalnya, menulis kondisi Pecinan di sejumlah kota di Jawa yang terbakar akibat pemberontakan etnis Tionghoa.

Jongkie Tio, ahli sejarah dan kebudayaan Tionghoa Semarang mengatakan, dunia mengenal etnis Tionghoa sebagai orang-orang yang humanis. Itu bisa dilihat dari ajaran Kong Hu Cu. Stereotip begatif itu sengaja diciptakan Belanda untuk memecah belah etnis Tionghoa dengan Jawa, katanya. (A09)  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com