Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Leila S Chudori
Penulis & Wartawan

Penulis, Wartawan, Host Podcast "Coming Home with Leila Chudori"

Novel Sylvia Plath di Mata Dian Sastrowardoyo

Kompas.com - 10/02/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"That morning I had tried to hang myself"

KALIMAT pada halaman 152 novel "The Bell Jar" karya penyair AS Sylvia Plath ini menyentak, mengganggu sekaligus menjelaskan betapa dalam diri seseorang selalu aka nada sisi gelap.

Demikian kata produser dan aktris, Dian Sastrowardoyo, dalam perbincangan tentang novel ini dalam program podcast "Coming Home with Leila Chudori."

Yang mengejutkan bukan sekedar kalimat pembuka Esther Greenwood itu saja. Sastrawan Sylvia Plath menulis betapa tokoh Esther Greenwood, menceritakan "kegagalannya" menghabisi nyawanya sendiri dengan dingin, rinci dan lebih sibuk memberikan penjelasan teknis:

"I had taken the the silk cord of my mother's yellow bathrobe as soon as she left for work, and, in the amber shade of the bedroom, fashioned it into a knot that slipped up and down on itself. It took me a long time to do this, because I was poor at knots, and had no idea how to make a proper one..."

Alinea berikutnya Esther Greenwood terus menerus mempersoalkan masalah teknis plafon rumah dan betapa sulitnya membentuk simpul tali –dalam rangka membunuh diri—sementara perasaan hatinya saat itu tak dibahas.

Seperti diutarakan Dian Sastrowardoyo, di antara begitu banyak persoalan, salah satu masalah tokoh Esther Greenwood adalah dia sulit percaya pada orang lain, sehingga dia tak mudah berbagi perasaan.

Sementara berbagi perasaan kepada seseorang –kawan, keluarga, atau mungkin psikolog—adalah salah satu cara sehat untuk tak selalu memendam berbagai kecamuk yang kelak bisa meledak.

Meski seluruh novel –terbit tahun 1963—sepanjang 233 halaman itu sebetulnya dinarasikan dari sudut pandang orang pertama, dan memberikan kesan seolah Esther Greenwood membuka diri kepada pembaca, memang benar sesungguhnya tokoh Greenwood memperlihatkan kesulitannya untuk percaya pada siapa saja di dekatnya.

Mengambil setting New York tahun 1953, Sylvia Plath membuka kisahnya dengan menceritakan, "It was a queer, sultry summer, the summer they electrocuted the Rosenbergs, and I didn't know what I was doing in New York."

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+