JAKARTA, KOMPAS.com — Menurut gitaris rock Eet Sjahranie (48), salah satu faktor musik rock tidak berkembang di Indonesia adalah karena masih ada benturan budaya antara budaya yang melatarbelakangi lahirnya musik rock di AS dan Eropa dan budaya setempat masyarakat di Tanah Air.
”Musik rock itu pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi kemarahan dan pemberontakan anak-anak muda di Barat pada era 1950-1960-an. Mereka mengekspresikan letupan kegeraman itu menurut alam mereka. Saat bentuk itu ditiru mentah-mentah di sini, kadang-kadang jadi terasa kaku,” tutur Eet, akhir pekan lalu.
Meski demikian, Eet mengaku Indonesia telah menelurkan beberapa grup rock yang berhasil membawakan rock tidak hanya dalam bentuk, tetapi juga isi. ”Contoh paling jelas, ya, God Bless. Dia yang pertama memelopori membawakan rock dengan bahasa Indonesia dan berhasil,” ujar musisi bernama lengkap Zahedi Riza Sjahranie, yang juga pernah menjadi gitaris God Bless ini.
Eet sendiri tetap konsisten di jalur rock bersama grupnya, EdanE, yang kini tinggal menyisakan dua anggota asli, yakni Eet dan penabuh drum Fajar Satritama. Eet sudah menyiapkan mixing album ketujuh EdanE. ”Kami dibantu Ervin, mantan vokalis Aksara Band dari Bandung, sebagai additional player untuk mengisi vokal,” katanya. (DHF)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.