Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meningkat, Polusi Udara di Bandung

Kompas.com - 22/09/2010, 17:48 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Tingkat polusi udara di beberapa wilayah padat kendaraan bermotor di Kota Bandung berada di atas ambang batas normal. Hal ini berpotensi menurunkan produktivitas dan kualitas kesehatan warga.

"Tingkat polusi ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sekitar 10-20 persen per tahun, seiring pertambahan jumlah kendaraan bermotor. Hal ini harus dipandang sebagai hal serius yang mendesak diperbaiki," kata ahli polusi udara dari Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Puji Lestari, di Bandung, Selasa (21/9).

Puji mengatakan, tiga daerah dengan konsentrasi gas berbahaya di Kota Bandung adalah Jalan Merdeka, Jalan Asia-Afrika, dan Jalan Pasteur. Rata-rata konsentrasi gas berbahaya karbon monoksida (CO) 9-15 part per million (ppm). Padahal, ambang batas CO seharusnya di bawah 9 ppm.

Puji mengatakan, banyak penyebab yang memicu tingginya konsentrasi gas berbahaya, antara lain banyaknya kendaraan bermotor yang melintas tanpa didukung ketersediaan jalan. Hal itu menimbulkan kemacetan sehingga pembakaran bahan bakar tidak optimal. Pembakaran yang tidak optimal tersebut menghasilkan CO.

Bila dibiarkan, CO akan mudah terpapar dalam darah dan membentuk sel darah merah mengandung CO (HbCO). Kadar HbCO yang tinggi menyebabkan seseorang pusing, pingsan, dan bertingkat emosi tinggi. Bahkan, CO bisa menimbulkan kematian bila kandungan dalam darah sangat tinggi.

"Meski kadar CO dapat mudah dihilangkan dengan membawa yang bersangkutan ke tempat sejuk dan dingin, CO tetap berbahaya, khususnya bagi mereka yang terpapar karena tinggal atau beraktivitas di wilayah itu dalam waktu lama," kata Puji.

Oleh karena itu, Puji berharap agar rekayasa lalu lintas dengan mengoptimalkan angkutan massal segera diwujudkan. Hal itu guna mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi.

"Penghijauan mungkin membantu mengurangi polusi udara, tetapi tidak cukup ampuh memperkecil risiko terpapar gas berbahaya," kata Puji. Terpadu

Guru Besar Sipil Transportasi ITB Ofyar Z Tamin mengatakan, sistem transportasi terpadu harus segera digagas dan diwujudkan. Hal ini untuk memberikan rasa nyaman dan aman bagi masyarakat. Ia khawatir, bila itu tidak dibenahi, dalam waktu lima tahun ke depan, Bandung akan penuh kemacetan yang akan merugikan segala sendi kehidupannya.

Ofyar menjelaskan rekayasa lalu lintas bukan sekadar memperbaiki jalan karena hal itu justru meningkatkan ketergantungan pada penggunaan kendaraan bermotor. Dengan kualitas jalan raya yang semakin bagus, semakin banyak pengguna kendaraan bermotor pribadi. Indikasi semakin banyaknya motor yang terjual seharusnya menjadi bahan evaluasi dan bukti keberadaan transportasi publik di Kota Bandung sangat buruk.

"Selama ini masyarakat berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri dengan menggunakan kendaraan pribadi. Aktivitas mereka tidak mau terhambat karena terganggu arus transportasi. Padahal, pandangan seperti itu justru semakin memperbesar konsentrasi gas berbahaya. Pemkot harus bisa melihat hal ini sebagai kritik untuk memperbaiki keadaan sebelum terlambat," ujar Ofyar. (CHE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau