Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sangkala 9/10: Betawi Bukan Cuma Kerak Telor

Kompas.com - 15/04/2011, 15:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Setelah dua tahun berturut-turut mengeluarkan karya drama musikal lain bernuansa budaya Betawi, tahun ini Ikatan Abang None se-Jakarta (IANTA) akan menggelar sandiwara musikal Sangkala 9/10. Pementasan itu akan memadukan seni pertunjukan tradisional dengan yang kontemporer dalam cerita unik, menarik, dan modern.

Cerita Sangkala 9/10 merupakan kisah yang diangkat dari tragedi yang benar-benar terjadi pada 9 Oktober 1740. Ketika itu terjadi pembantaian terhadap orang-orang berdarah China di Batavia yang dilakukan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). "Ceritanya diangkat dari tragedi pembantaian etnis China oleh VOC pada 9 Oktober 1740. Kami telah melakukan beberapa penelitian untuk itu," kata Mima Yusuf, penulis naskah,

Kamis (14/4/2011), di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat. Menurut Maudy Koesnaedi, judul Sangkala juga terinspirasi oleh tragedi tersebut. "Sebenarnya penamaan Sangkala tercetus dari Bang Atien (koreografer). Sangkala dapat diartikan seperti marabahaya. Jadi, seperti, jangan keluar malam, sudah magrib, ada sangkala, ada sesuatu yang enggak baik di luar. Sangkala juga dapat diartikan sang kala atau sang waktu. Jadi, pada saat itu tanggal 9 Oktober 1740 terjadi pembantaian etnis China di Batavia, jadilah namanya Sangkala 9/10 atau Sang Kala 9 Oktober," tutur Maudy.

Berbeda dengan dua sandiwara musikal yang pernah disajikan oleh IANTA, Cinta Dasima (2009) dan DOel (2010), Sangkala 9/10 direncanakan akan memberi porsi yang lebih kepada para penikmat drama musikal di Jakarta. "Pertama, walaupun berangkat dari komedi ketawa-ketawaan seperti dua judul drama musikal sebelumnya, tahun ini kami berencana untuk menampilkan semua yang merupakan jiwa dari drama ini. Ada tawa, heroik, romansa, komedi, dan tentu sisi tragis dan historisnya," terang Maudy. Dari poin pertama itu diharapkan akan terdapat apresiasi lebih besar dari para penonton.

Kedua, dari segi cerita, Sangkala 9/10 merupakan kisah yang bukan sekadar mengenai makanan kerak telor dalam mengenal budaya Betawi. Sandiwara musikal tersebut akan mengandung cerita yang bermakna lebih tentang kehidupan di Batavia. "Kami awalnya ingin memilih cerita yang tidak itu-itu saja. Apa ya? Lalu pada akhirnya, kami memilih yang benar-benar berangkat dari Batavia dan akhirnya berangkat dari perstiwa ini," terangnya lagi.

Selain itu, sebagai penjelasan mengenai makna, sebagaimana dikemukakan oleh Ajie NA, sang sutradara, isi cerita diharapkan mampu menjadi pembawa pesan bahwa sebenarnya masyarakat harus cerdas dalam berbudaya. "Pesan cerita akan sepenuhnya diserahkan kepada penonton. Tapi, satu kata yang saya suka, pesan yang ingin disampaikan adalah cerdas berbudaya. Budaya, pengembangannya harus cerdas, mudah-mudahan seperti itu," ujar Ajie.

Pembeda terakhir, Sangkala 9/10 akan dibuat lebih "wah". Dengan pemain 70 Abang dan None se-Jakarta dari generasi 1980-an hingga terkini, diharapkan sandiwara musikal tersebut akan menjadi lebih semarak. Panggungnya pun, di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, berukuran lebih besar. Waktu pementasan juga menjadi lebih banyak, lima kali, siang dan malam 6, 7, dan 8 Mei 2011.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com