"Dia seperti kamus musik berjalan. Dia hapal di luar kepala siapa personel band apa, terus keluarkan album apa, setelah itu band-nya ke mana, itu dia hapal semua," kata Adib kepada Kompas.com, Jakarta, Sabtu (3/1/2015).
Adib menceritakan kenangan kali pertama mengenal Denny.
"Saya kali pertama kenal sama dia itu di awal 2000-an, waktu saya awal-awal menjadi wartawan musik di Jakarta. Saya bingung siapa yang kira-kira bisa jadi panutan saya, karena waktu itu saya butuh referensi untuk menulis sejarah musik rock di Indonesia," kenang Adib.
"Akhirnya, saya coba hubungi dia dan saya ingat betul kami ketemuan dia bawa kaset-kasetnya, padahal kondisinya belum saling mengenal, tapi dia sudah sedemikian baiknya mau membantu," lanjutnya.
Adib menilai, figur seperti Denny tidak ada duanya.
"Dia tidak tergantikan. Mungkin ada pengamat seperti dia, tapi enggak punya kehangatan dan persahabatan yang sama kayak dia," tutur Adib.
Selain itu, menurut Adib, masih ada satu cita-cita Denny yang belum terwujud, yakni membukukan sejarah musik Indonesia.
"Kalau enggak salah naskahnya sudah pernah dibawa dia ke Gramedia ke penerbit KPG," kata Adib.
Denny Sakrie, yang lahir di Ambon, Maluku, pada 14 Juli 1963, merupakan seorang penulis dan pengamat musik Indonesia. Sarjana Ekonomi Manajemen Universitas Hasanuddin, Makassar, ini mengawali kariernya sebagai penulis artikel musik sejak duduk di bangku SMP (pada 1979) di media Pedoman Rakyat, yang terbit di Makassar, Sulawesi Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.