Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teater Tetas Panggungkan Kisah Putri Banowati

Kompas.com - 09/08/2017, 12:09 WIB
Jodhi Yudono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com--Kisah kehidupan Putri Banowati, dari karya sastra wayang Mahabarata akan dipentaskan oleh Teater Tetas dengan sutradara Harris Syaus pada 11-12 Agustus 2017 di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, kata Hari Prasetyo, jurubicara teater itu, hari ini.

Tak tanggung-tanggung selain pertunjukan ini menjadi kebangkitan dunia teater di gelanggang remaja Bulungan,  Werner Schulze, guru besar emeritus dari Universitas Musik dan Seni Pertunjukan Wina, Austria, bertindak sebagai produser dalam kisah wayang ini.

Sederetan nama besar lainnya juga berpartisipasi seperti penata gerak dan busana Elly Luthan, Boby Ari Setiawan, penata musik Nanang Hape, dan penata artistik Sugeng Yeah.

“ Di deretan pemain ada artis Putri Ayudya yang sudah aktif di teater sejak SMA. Ada Artasya Sudirman, Khiva Iskak, Derry Oktami, Yohana Gabe, Diana R.Jannah, Armand Wiriadinata, Tamimi Rutjita, Iqbal Samudra, Rasha, Falentino Andri, Joseph, Rita Mandasari, Aryaka, Rosita, dan Stephanie Jasmine.

Teater Tetas kembali menggelar pertunjukan yang berbasis dari cerita wayang  itu di Gedung Pertunjukan Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, Jalan Bulungan Blok C Nomor 1, Kebayoran Baru, pada 11 dan 12 Agustus 2017 mulai pukul 19.30 WIB.

Kisah kehidupan Putri Banowati, dari karya sastra wayang Mahabarata, ditulis kembali oleh Ags Arya Dipayana ( Aji) -pendiri Tetas yang kini sudah almarhum-dalam bahasa Indonesia dan menjadi sebuah naskah drama yang berjudul, Banowati: Surga Hanya ada di Rumah Tetangga.

Dalam cerita wayang Mahabarata dari India yang sudah mengalami banyak penyesuaian dalam tradisidi Nusantara sejak dulu kala, terutama di Jawa dan Bali, Banowati adalah putri dari Raja Citranggada di Kalinga.

Dia terpaksa kawin dengan Prabu Duryudana dari Kerajaan Astina, demi menyelamatkan keluarganya.Padahal, Banowati mencintai Arjuna, kesatria dari Pandawa. Hubungan yang tidak harmonis itu akan turut memicu perang Baratayuda.

Banowati akhirnya dibunuh Aswatama, tangan kanan Duryudana dan putra dari Resi Durna. Ini sebagai pelampiasan dendam kepada pihak Pandawa atas kekalahan Kurawan.

Sepuluh tahun lalu, Aji menulis dan menyutradarai pentas Banowati ini bersama tiga naskah pendek lainnya tentang kisah perempuan dalam
Mahabarata pada pentas Tetas keliling di seputar Jakarta. Adapun tempatnya di Auditorium Bulungan, Pusat Kebudayaan Jepang, Gedung Sumitmas, Teater Utan Kayu, dan Teater Dalam Gang Tuti Indra Malaon.

Sekarang Harris sebagai sutradara melakukan interpretasi ulang dalam sudut pandang cerita dan bentuk garapan. “Membaca kembali Banowati bagi saya bukanlah sekadar membaca roman percintaan dengan bumbu perselingkuhan,” kata Harris.

Menurut dia, membaca Banowati adalah pembacaan terhadap perempuan, tubuh serta pikirannya. Di atas semua itu, apa yang terjadi dengan Banowati adalah sebuah tragedi seorang manusia.

“Cinta yang berlebihan, sebagaimana juga berlaku pada kebencian, keduanya sama-sama memiliki daya rusak yang sangat,” kata Harris Syaus.

Dia menambahkan, bentuk pengucapan pentas Banowati pada Agustus ini  bisa jadi akan berbeda sebelumnya. Para sahabat almarhum Aji, seperti  Elly Luthan, NanangHape, Sugeng Yeah, Yanusa Nugroho, Yoyik Lembayung, Deddy Luthan Dance Company, dan komunitas seni di Gelanggang Bulungan, memungkinkan Harris untuk melakukan semacam revitalisasi pergelarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com