Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Ngaji, Pesan Kebaikan yang Tak Berlebihan

Kompas.com - 30/03/2018, 09:23 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com--Mengingatkan pada pentingnya dedikasi pada sebuah kerja, bahkan dalam himpitan ekonomi dan cibiran sekalipun. Berbumbu kisah cinta dan isu keberagaman, menjadikan film Guru Ngaji ini sebagai tontonan yang diperlukan.

Adalah Mukri (Donie Damara) seorang guru ngaji di desa Tempuran yang sangat telaten mengajar dan tidak memberlakukan tarif untuk jasanya itu. Terserah mau dibayar tunai atau jasanya ditukar dengan sembako. Padahal untuk menutupi kebutuhan keseharian, jelas dia butuh pemasukan untuk menghidupi seorang anak dan isterinya, yang digambarkan rajin berhutang baju dari pedagang keliling. Tidak heran jika dia juga harus berurusan dengan hutang dari Kirun, yang masih terhitung sebagai Paman.

Untuk menutupi berbagai kekurangan itu, Mukri diam-diam juga bekerja sebagai badut pada sebuah pasar malam milik Koh Alung. “Saya tidak mau keluarga atau warga malu punya guru ngaji yang jadi bahan tertawaan," katanya beralasan.

Namun masalah mulai muncul ketika Mukri harus memimpin doa sekaligus jadi badut pada sebuah acara pesta ulang tahun anak kepala desa. Mukri harus memilih salah satunya, atau mengambil dua pekerjaan secara bersamaan.

Film ini juga memiliki plot sampingan, sebuah kisah cinta rekan Mukri yang juga badut bernama Parmin, dengan gadis penjaga tiket sirkus bernama Rahma, yang harus berebut perhatian dengan Yanto penjaga komedi putar.

Cerita yang ditawarkan sesederhana itu. Namun kesederhanaan ini justru jadi bertaburan ‘kemewahan’ akan berbagai nilai kebaikan. Kita diajari oleh karakter Mukri yang tanpa pretensi apa-apa mengajar mengaji pada anak-anak kampung, walau untuk itu harus berhimpitan dengan tuntutan ekonomi serta anak-anak yang adakalanya tidak terlalu mau belajar.

Juga ketulusan hati Parmin yang ternyata masih ‘laku’ ketika berurusan dengan cinta. Membuat kita semua berdecak kagum pada karakter anak yang rela dibully dan diasingkan dengan tidak diundang ke pesta ulang tahun karena tidak memberi contekan. Juga tidak ketinggalan isu besar seperti keberagaman dalam hidup bermasyarakat serta pemanfaatan rumah ibadah sebagai panggung politik, juga ikut disentil.

Film ini berhasil jadi tontonan yang menghibur untuk orang tua juga anak-anak. Mengikuti jalan ceritanya, kita bagai memunguti permata pada sepanjang film ini. Kita diberikan berbagai pesan yang dengan baik disampaikan lewat gambar, akting dan dialog yang menyentuh, serta jauh dari menggurui. Bahkan sesekali juga jenaka.

Penyajian gambar ketika Mukri ketahuan sebagai badut yang juga guru ngaji digambarkan dengan tidak berlebihan, namun tetap mampu memancing keharuan. Wajah Mukri dengan make up badut yang meluntur dbuat kontras dengan wajah Parmin yang masih lengkap dengan senyum khas seorang badut. Ada ironi yang berusaha ditawarkan, walau dalam gambar yang hanya sekian detik itu.

Perlu diberi pujian juga pada pemain-pemain yang menghadirkan aktris lokal, seperti personel grup tari ternama asal Solo, Sahita juga pelawak senior, Tarzan serta tokoh Kirun yang membangkitkan nostalgia pada legenda srimulat, almarhum Asmuni.

Kalaupun ada catatan,adegan yang terasa ‘harus ada’ adalah ketika Pak Kades bersama warga datang ke rumah dan mengecam Mukri. Lengkap denga berteriak, warga digambarkan sangat marah. Hal tersebut terasa tidak pas, mungkin karena penggunaan badut sebagai simbol kontroversi sebetulnya tidak terlalu pas. Bandingkan dengan sosok seorang ayah yang juga Waria dalam film My LovelyMan yang juga dimainkan Donnie Damara.

Namun mungkin memang film ini tidak bermaksud mengundang kontroversi. Walau bisa dan memiliki potensi memancing kontroversi, film ini justru menghindari dengan sangat hati-hati. Seperti tawaran Mukri untuk menjadi Santakalus serta menaruh gambar sepeda motor di lantai kala mendirikan shalat.

Mendapati film ini di antara film lain yang melulu menawarkan tawa dan asmara, Guru Ngaji menjadi alternatif yang layak jadi pilihan keluarga. (Iwan/JY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com