KOMPAS.com - Seperti biasa, untuk mengisi waktu luang, Ocha (32) memainkan ponsel pintar kesayangannya. Lewat jari-jemari pada kedua tangannya dia lalu membuka beberapa aplikasi sosial media.
Gerakan jarinya kemudian terhenti sejenak sesaat setelah membuka Path. Kedua matanya lalu menatap serius satu postingan akun Path bernama Review Film Indonesia yang muncul di timeline Path-nya.
Postingan berupa review atau ulasan film berjudul "Pasific Rim Uprising“ yang sedang tayang di bioksop dia baca dengan seksama. Tak lama setelah itu, wanita yang dahulu pernah berprofesi sebagai dosen dan perawat ini memutuskan menonton langsung film tersebut di bioskop.
"Selain menonton trailer atau cuplikan film yang sedang tayang, saya juga membaca review filmnya. Kalau hasilnya bagus maka akan saya tonton," kata Ocha kepada Kompas.com, Rabu(12/4/2018).
Hal yang sama terjadi pula pada Haris. Pria berusia 25 tahun ini malah selalu membaca review film di aplikasi mobile phone sebelum memutuskan jadi tidaknya menonton langsung di bioskop.
"Kalau hasil review film tersebut mendapat nilai atau rating di atas 70 maka film tersebut bagus dan layak dipertimbangkan untuk ditonton," kata dia.
Sebaliknya, tambah dia, bila rating ulasan film mendapatkan nilai di bawah 50 sudah dipastikan tidak bagus. Dirinya juga tidak akan mempertimbangkan untuk menonton.
Berbeda dengan Ocha dan Haris, Alek malah tidak pernah menjadikan review film sebagai dasar pertimbangan untuk menonton film.
Pria yang sehari-hari bekerja di media online ternama di Indonesia ini malah mengatakan review film yang dibuat seseorang malah akan mengaburkan isi cerita dari film itu sendiri.
Ini karena setiap orang punya pandangan dan penilaiannya sendiri terhadap film yang ditontonnya. Jadi, kata Alek, bagus buat penulis review belum tentu bagus buat dirinya dan orang lain.
Di Indonesia sendiri ada banyak situs review film yang bertebaran di jagat maya. Bahkan tak hanya situs, blogger-blogger pun sering me-review film yang sedang tayang di bioskop Indonesia.
Mokino.co sendiri adalah wadah komunitas bagi para pecinta film. Awal mula situs ini terbentuk karena para anggotanya sering sekali tak sengaja bertemu dalam sebuah event film. Mereka kemudian bertegur sapa dan sharing tentang film-film.
Setelah bertemu beberapa kali, sekitar tahun 2014 mereka kemudian mendirikan Mokino.co. Tujuannya supaya mereka bisa mengekspresikan kecintaan akan film dengan menulis ulasan film secara sejujur-jujurnya. Situs ini juga terbuka bagi penulis lepas atau siapa saja yang hobi membuat review film.
Beberapa bulan sesudahnya platform ini berdiri, Mokino.co juga sudah tersedia dalam versi aplikasi mobile di ponsel. Masyarakat dan industri film pun memberikan respon positif terhadap kehadirannya.
Bedah film
Tak sekadar review film, di komunitas tersebut ada pula Cinema Shelter. Kegiatan ini merupakan bedah film secara detail melalui sharing session dan talk show.
Founder Mokino.co Randi Irawan Rosli mengatakan, dalam acara tersebut pihaknya mengajak para sineas, production house film atau publisher untuk sharing pengalaman.
Tujuannya supaya para pecinta film bisa mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru dalam dunia perfilman. Lebih dari itu mereka diharapkan bisa mengapresiasi film dalam negeri.
"Penyuka film dari semua kalangan bisa bergabung di Cinema Shelter. Tak ada batasan umur, gender atau ras, semuanya bisa ikut dan belajar dari ahlinya," ujarnya dalam kanal YouTube MLDSPOT episode "Spot Ngumpul Movie Enthusiat".
Tak hanya itu, setiap tahun mereka diundang khusus oleh Festival Film Eropa, Festival Film Perancis, Festival Film Korea-Indonesia dan masih banyak lagi.
Berbekal pengalamannya itu Randi kemudian mengirimkan kisah sukses pendirian Mokino.co ke MLDSpot Content Hunt. Kontes tersebut adalah gerakan untuk mengajak anak muda Indonesia berbagi karya dan cerita inspiratif yang terbagi menjadi 4 kategori, yaitu sosok, produk, tempat, dan komunitas.
Tujuan penyelenggaraan MLDSpot Content Hunt sendiri diharapkan mampu memberikan inspirasi dan semangat kepada anak-anak muda Indonesia untuk terus berkarya, sekaligus membanggakan Indonesia baik di dalam dan luar negeri.
"Gue submit cerita ke MLDSpot Content Hunt karena gue pengin tujuan event Cinema Shelter yang diadakan Mokino.co tercapai, yaitu menjembatani tujuan sineas film dan pencinta film indonesia," kata Randi.
Bagi dia, arti inspirasi sendiri adalah saat sekumpulan orang bisa membagikan knowlegde atau pengetahuan yang berguna bagi orang di sekitarnya. Hal itu Randy wujudkan melalui Mokino.co dan Cinema Shelter.
Berkat usaha dan kerja kerasnya itu, Randi kemudian berhasil menjadi pemenang MLDSpot Content Hunt dari kategori Inspiring Community.
Selain Randi dengan Mokino.co masih banyak sosok-sosok inspiratif lain di Indonesia. Bukan hanya terbatas pada sosok, tapi juga tempat, produk, atau komunitas yang memberikan nilai inspiratif.
Bisa jadi itu hal tersebut ada di sekitar Anda. Kalau sudah begitu maka sebaiknya Anda membagikan cerita inspiratif tersebut dalam MLDSpot Content Hunt Season 2.
Siapa tahu saja cerita inspiratif yang Anda bagikan itu malah bisa membantu dan menginspirasi banyak orang. Seperti kisah Randi dengan Mokino.co yang membantu memberikan ulasan film secara akurat kepada banyak orang.