JAKARTA, KOMPAS.com--Willy Ana (37), penyair asal Bengkulu, meraih penghargaan puisi Terbaik ”Anugerah Sastra Litera” 2018 lewat karya puisi ”Petuah Kampung”.
Penghargaan diserahkan pada Malam Anugerah Sastera Litera 2018 di Resto Kampung Anggrek, Jalan Raya Victor, Buaran, Serpong, Tangerang Selatan, Jumat, 27 Juli 2018 malam.
Malam itu, Willy Ana mendapatkan trofi, sertifikat, buku dan sejumlah uang tunai yang diserahkan langsung oleh Pimpinan Litera.co.id, Ahmadun Yosi Herfanda.
Willy Ana lahir di Bengkulu Selatan, 29 September 1981. Ia adalah penyair produktif asal Bengkulu yang berdomisili di Jakarta. Buku puisinya adalah “Aku Berhak Bahagia” (2016), “Tabot: Aku Bengkulu” dan “Petuah Kampung” (2017). Baru-baru ini ia bersama kawan-kawannya sukses mengadakan Festival Sastra Bengkulu, pada 13-15 Juli 2018. Ia adalah penggagas sekaligus ketua panitia festival sastra bertaraf nasional itu.
Selain Willy Ana, ada pula sejumlah nama penyair dan cerpenis lainnya yang menjadi unggulan dalam acara tersebut seperti puisi Kampung Kita karya Setia Naka Andrian, Ruang Belakang karya Iman Sembada, Mobil Tua yang Resah karya Surya Gemilang.
Sedangkan untuk kategori cerpen, penghargaan cerpen terbaik jatuh kepada cerpen berjudul “Monolog di Penjara” karya Armin Bell. Disusul oleh cerpen unggulan berjudul Menjadi Burung Merpati karya Muhammad Gotansyah, Tetes Diorama Terakhir karya Nufira S, dan Mencari Marlin Lain yang Pernah Memakan Bunga karya Fatah Anshori.
Pimpinan Redaksi Litera.co.di, Ahmadun Yosi Herfanda mengatakan, Anugerah Sastera Litera 2018 adalah agenda tahunan yang diselenggarakan pihaknya dibawah Yayasan Master Kreativa Indonesia bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation.
“Ajang tahunan sebagai bentuk apresiasi pada penulis puisi dan cerpen. Karena litera belum bisa memberi honorarium yang memadai bagi mereka, ajang anugerah ini sebagai gantinya,” kata dia.
Puisi Willy Ana dinilai pantas menerima penghargaan Anugerah Sastera Litera 2018 sebab membicarakan kerinduan yang begitu kuat dari ibu kepada anaknya. Selain itu, puisi ini juga sangat erat dengan berbagai konflik yang dirasakan oleh anak rantau.
“Ya kaget. Senang. Bersyukur. Puisi itu terpilih sebagai puisi terbaik Anugerah Sastera Litera 2018. Padahal, malah saya berharap tahun lalu dapat penghargaan ini. Eh, rupanya malah tahun ini,” kata Willy Ana.
Penyerahan Anugerah Sastra Litera 2018 tersebut telah melewati berbagai proses. Dari pengumpulan karya, hingga seleksi final untuk menentukan kelayakan setiap karya untuk mendapatkan Anugerah Sastra Litera 2018.
Adapun kurator yang melakukan kurasi terhadap karya-karya tersebut adalah Iwan Kurniawan, Mustafa Ismail, dan Mahrus Prihany. Bulan lalu, hasil kurasi tersebut telah diumumkan kepada publik. Terdapat 20 puisi dan 14 cerpen yang terpilih dan akan dibukukan, sekaligus pengumuman penerima Anugerah Sastra Litera 2018.
Salah satu kurator, Mustafa Ismail mengatakan, dari ratusan puisi dan puluhan cerpen yang diseleksi dengan kurator lainnya, dia mengaku bahwa pihaknya tidak banyak menemukan karya di bawah standar estetika sastra.
“Meski seleksi Litera cukup longgar, namun karya-karya yang mereka muat masih bisa tergolong bermutu,” katanya, Kamis 26 Juli 2018, kemarin.
Dia menambahkan, diskusi untuk menentukan penerima Anugerah Sastra Litera 2018 sempat alot sebab setiap kurator punya argumen masing-masing dalam mempertahankan nilai setiap karya yang telah diajukan.
“Masing-masing kurator mengajukan argumennya untuk mempertahankan nilai yang diberikan,” ujar panyair kelahiran Tringgadeng, Pidie Jaya itu. ***
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.