Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanjidor Musik Keren dari Betawi: Sejarah, Alat Musik, dan Penggunaan

Kompas.com - 01/11/2022, 13:17 WIB
Melvina Tionardus,
Andika Aditia

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tanjidor adalah kesenian asli Betawi berupa musik.

Tanjidor berasal dari bahasa Portugis, yakni tanger yang artinya memainkan alat musik.

Pemainnya disebut tangedor (dibaca tanjedor) dan selalu dimainkan di ruang terbuka.

Sejarah

Pada awal abad ke-20, pendatang Eropa yang bermukim di Indonesia didiami juga oleh budak dari beraneka suku dan bangsa.

Budak-budak ini ditugaskan untuk menghibur orang Eropa yang kebosanan dengan bermain musik. Mula-mula budak dan serdadu yang harus main musik. Setelah sistem budak dihapus, muncul pemain musik bayaran dan serdadu.

Alat musik

Alat musik yang dipakai dalam tanjidor kebanyakan adalah alat musik tiup seperti klarinet, trompet, trompet Prancis, Kornet, dan tambur Turki.

Lagu yang dimainkan awalnya adalah lagu-lagu Eropa karena bertepatan saat pesta dansa, polka, mars, lancier, dan lagu-lagu parade. Lambat laun lagu berirama Betawi akhirnya turut dimainkan dan pemainnya bukan lagi bagian dari rumah tangga orang Eropa.

Dari situ lahirlah rombongan-rombongan amatir Tanjidor.

Tanjidor di Indonesia sekarang terkadang juga menambahkan alat musik gong dan kecrek.

Penggunaan

Di Portugal sendiri tangedores (brass band) dimainkan pada parade militer atau pawai keagamaan pada pesta penghormatan Pelindung Masyarakat. Seperti Santo George Pelindung kota Lisabon atau Lisbon setiap tanggal 24 Juni.

Di sana, alat musik yang dimainkan adalah tanbur Turki, tanbur sedang, seruling, dan bermacam-macam trompet.

Biasanya pawai diikuti boneka-boneka besar yang berjalan berpasangan (laki-laki dan perempuan). Salah satu menggendong pasangannya di pundaknya.

Di Indonesia, tanjidor dimainkan untuk mengarak pengantin maupun hiburan jalanan sehari-hari, bahkan dalam perayaan Imlek.

Namun pada tahun 1953, Walikota Jakarta Raya, Sudiro sempat melarang permainan tanjidor karena dianggap merendahkan harkat.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com