CARACAS, KOMPAS.com — Presiden Venezuela Hugo Chavez berusaha mengakhiri ketegangan diplomatik dengan Amerika Serikat (AS). Caranya? Dia mengusulkan mantan Presiden AS Bill Clinton, aktor Sean Penn, ataupun sutradara Oliver Stone sebagai Duta Besar (Dubes) AS untuk Caracas.
Dalam gonjang-ganjing terakhir di antara dua musuh ideologis, Washington menarik visa Duta Besar Venezuela untuk AS pekan lalu sebagai balasan terhadap penolakan Chavez atas pencalonan diplomat Larry Palmer oleh Presiden Barack Obama sebagai Duta Besar untuk Caracas.
Sebelum penolakan Chavez, Larry Palmer telah mengkritik pemerintah Venezuela dengan mengatakan moral di tubuh militer Venezuela lagi rendah dan ada hubungan tegas antara anggota pemerintahan Chavez dan pemberontak kiri di Kolombia yang bertetangga dengan Venezuela.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Rabu (5/1/2011) waktu Indonesia, Presiden Venezuela yang bersuara lantang ini mengatakan bahwa telah menemukan solusi untuk sengketa diplomatik itu. "Saya harap mereka mencalonkan Oliver Stone. Bisa juga Sean Penn atau (pakar linguistik dan filsuf Noam) Chomsky. Kami punya banyak teman di sana. Bill Clinton!" kata Chavez.
Penn, yang aktif pada kampanye kemanusiaan menyusul gempa bumi Haiti, menjadi aktor terbaik peraih Oscar untuk perannya dalam drama arahan sutradara Clint Eastwood berjudul Mystic River dan sebagai aktivis gay Harvey Milk dalam film Milk.
Chavez juga menceritakan bagaimana dia bertemu singkat dengan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton di sela pelantikan Dilma Rousseff sebagai Presiden Brasil pada Sabtu pekan lalu.
"Saya bilang pada Senora Clinton, 'Bagaimana jika suami Anda saja?'," katanya. "Tapi saya keliru karena bahasa Inggris jelek sekali, dan (waktu itu) saya bilang 'How is your wife?' (Bagaimana keadaan istri Anda?). Dia tertawa, lalu saya bilang husband (suami)."
Ketika Obama resmi berkuasa pada Januari 2009 dengan menjanjikan ada keterikatan dengan musuh-musuh AS, tebersit harapan pulihnya hubungan di antara kedua negara.
Saat itu Chavez melunakkan kemarahannya terhadap "si empirium (AS)" dan berjabat tangan dengan pemimpin baru AS itu pada sebuah KTT.
Namun, dalam beberapa bulan, Chavez menyebut Obama telah menipu dunia dengan mengikuti kebijakan luar negeri pendahulunya, George W Bush, dan saat itu pula retorika keras dari Caracas menggelegar lagi.
Meski sedang diliputi krisis diplomatik terbaru ini, banyak yang percaya bahwa baik Venezuela ataupun Amerika Serikat tak akan mau mengambil risiko terganggunya hubungan perdagangan di antara mereka yang adalah sangat penting bagi kedua negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.