JAKARTA, KOMPAS.com -- Tidak mudah bagi pemandu acara Muhammad Farhan (41) untuk berempati dengan orang lain. Hal itu dirasakan Farhan ketika mengikuti seminar di Massachusetts Institute of Technology dengan tajuk ”Innovative, Dynamic, Education, and Action for Sustainability (IDEAS)” di Massachusetts, Amerika Serikat, yang diselenggarakan pada 11-17 September 2011.
”Seru banget. Seminar itu tujuannya membangun dialog dari tiga sektor, yaitu pemerintah atau anggota parlemen, swasta, dan masyarakat sipil. Kami diminta untuk menanggalkan ego sektoral untuk menyelesaikan masalah bangsa. Ternyata, enggak mudah,” kata Farhan.
Ia menceritakan, saat dibentuk satu tim yang beranggotakan empat orang untuk berdiskusi, hasilnya tidak ada solusi dan tidak nyambung. ”Padahal, itu hanya dummy case. Lalu, bagaimana bisa menyelesaikan masalah bangsa yang benar-benar penting kalau begitu?” kata Farhan tertawa.
Ada lagi pengalaman yang lebih seru. ”Bayangkan saja, kami sebagai tamu di negara itu harus menuju pusat kota Boston dengan naik kendaraan umum. Aku jadi orang buta yang harus dituntun. Wah, seru! Aku menikmati banget,” ungkapnya.
Farhan mendapat pelajaran berharga. ”Dari situlah aku menyadari, kendala terbesar dalam menyelesaikan masalah bangsa ini adalah masalah kita sendiri,” ujarnya. (SIE)