Dia menceritakan saat berada di tengah-tengah pembuatan film Cry Freedom (1987) di Zimbabwe. Dia sangat terkejut melihat kondisi negara yang terkesan begitu berbahaya selama pemisahan rasial.
”Orang-orang mengatakan saya bisa saja datang, tetapi tidak diizinkan untuk pergi dengan mudah. Saya mendapat ancaman mati yang begitu besar ketika itu,” ujarnya kepada situs WENN.
Saat ini, kondisi di Afrika Selatan tidak lagi seperti dulu. Washington melihat ada perubahan yang sangat besar, tetapi pada waktu bersamaan ia melihat banyak orang masih mengalami gangguan mental. Kondisi demikian bisa berlanjut dan meninggalkan trauma sampai tahun-tahun mendatang.
”Saya bertemu dengan perempuan kurus, ia berkulit terang. Ibunya orang kulit hitam dan ayahnya seorang Yahudi. Perempuan ini mengatakan kepada saya bahwa ibunya harus bersikap seolah-olah ia pembantu agar bisa bertahan di lingkungannya. Ia terus berpura-pura seperti itu selama lebih dari 20 tahun,” papar aktor pendukung terbaik dalam film Glory (1989) tersebut.