JAKARTA,KOMPAS.com -- Dulu, kalau kelompok lawak Srimulat manggung pada tahun 1980-an, Djudjuk Djuariah (65) selalu saling melempar canda dengan Gepeng, Tessy, juga pelawak lain. Dari satu panggung ke panggung lain di Surabaya, Solo, sampai Semarang, mereka menyajikan gurauan segar, membuat orang tertawa.
Kira-kira 30 tahun sudah berlalu, lawakan mereka masih menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat. Hanya saja, sekarang sudah beda zaman, begitu anggapan Djudjuk. "Waktu itu, kami ngelawak dari panggung ke panggung, bukan di televisi. Kalau sekarang, enggak bisa lagi dengan cara yang sama," tuturnya, Selasa (10/4/2012).
Karena kemajuan teknologi, orang tidak perlu lagi mendatangi panggung untuk menonton lawak. Cukup menyalakan televisi, orang langsung mendapatkan hiburan yang diinginkan.
Oleh karena itu, dia sangsi lawakan dari panggung ke panggung bisa dihidupkan kembali karena tidak praktis. "Model lawakannya juga beda. Apalagi sekarang kan banyak anak muda yang menjadi pelawak," kata Djudjuk.
Meski format lawakan sekarang berbeda dibandingkan dengan era 1980-an, dia bangga karena lawak tidak akan pernah mati. Zaman memang berubah, tetapi Djudjuk yakin lawak akan selalu ada. "Namanya manusia, pasti ada waktunya stres. Nah, di sini lawak kan bisa menghibur orang-orang, termasuk yang stres, he-he…," selorohnya. (BEE)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.