Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasa "Bourne" Tanpa Matt Damon

Kompas.com - 02/09/2012, 12:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Film ini sudah lama ditunggu. Selama 10 tahun terakhir, trilogi Jason Bourne (The Bourne Identity, The Bourne Supremacy, The Bourne Ultimatum), yang diadaptasi dari novel Robert Ludlum itu mendulang sukses besar. Kuncinya adalah keberhasilan Matt Damon memberi "roh" pada sosok Bourne. Dialah lelaki bersorot mata dingin yang memiliki kemampuan berpikir cepat, kekasih yang setia kepada pasangannya, agen yang memiliki keterampilan bela diri tangan kosong, dan piawai memanjat dinding-dinding bangunan. Karakter itu melekat dalam imajinasi kita.

Ironisnya, dan ini menjadi alasan berikutnya mengapa The Bourne Legacy ditunggu: film ini dibuat tanpa kehadiran Matt Damon. Bourne tanpa Damon? Seperti apa hasilnya?

Meski kesadaran bahwa "ini bukan film tentang Jason Bourne" sudah dicamkan sejak memasuki bioskop, apa daya jejak itu sulit dihilangkan. Apalagi, sutradara sekaligus penulis skenario, Tony Gilroy, dengan sengaja menanam jejak-jejak itu. Dimulai dengan adegan akhir The Bourne Ultimatum, saat Jason Bourne ditembak dan menceburkan diri ke laut. Adegan itu langsung "disambung" dengan kemunculan tokoh baru kita, Aaron Cross (Jeremy Renner) yang muncul dari dasar danau di Alaska.

Siapakah Cross, sedang ngapain di wilayah tak bertuan itu, dan apa kaitannya dengan Bourne menjadi pertanyaan sepanjang 30 menit pertama. Upaya untuk mengaitkan, menghubungkan, sekaligus mengadaptasi sosok Cross dalam plot cerita yang berpindah-pindah dengan cepat itu tak urung membingungkan. Jadi, sebaiknya memang tak usah dipikirkan, nikmati saja kehadiran agen Cross yang macho, kekar, jarang bicara, dan tentu saja jago berantem.

Mesin pembunuh
Cross adalah salah satu agen CIA yang masuk dalam program Outcome, sebuah program rahasia CIA lainnya di samping Treadstone (yang ini program rahasia yang dijalani Jason Bourne). Seperti juga Treadstone, program Outcome menciptakan "mesin pembunuh" berupa puluhan agen yang disebar ke sejumlah negara di dunia, yang digunakan untuk kepentingan intelijen AS. Metode yang digunakan agak berbeda. Jika di Treadstone para agen dicuci otaknya, di dalam program Outcome para agen ini menjadi kelinci percobaan melalui rekayasa genetika.

Berhubung kasus Treadstone sedang diselidiki Pemerintah AS (Pam Landy, Wakil Direktur CIA yang terkait kasus Bourne, selintas diceritakan melakukan testimoni di hadapan Komite Senat AS), CIA ingin menutup jejak Outcome agar tidak terendus pemerintah. Singkat kata, program itu harus dihancurkan. Siapa pun yang terlibat, baik para agen maupun para penelitinya, harus dibunuh.

Nah, agen Cross selamat dari upaya bumi hangus ini, juga seorang peneliti senior, Dr Marta Shearing (Rachel Weisz). Keduanya bahu-membahu menyelamatkan diri dari rencana jahat veteran militer Eric Beyer (Edward Norton), yang merupakan penggagas penghancuran Outcome. Pelarian berlangsung dari Amerika sampai Filipina.

Secara keseluruhan, Legacy tak ubahnya film laga yang mengadopsi kekhasan trilogi Bourne. Sarat dengan kejar-kejaran di jalan raya (kali ini dengan motor), berlari-lari di atas atap, memanjat dinding bangunan, memperdaya petugas. Tak mengherankan jika aroma Bourne terasa kental karena Gilroy-lah yang menulis skenario seluruh film Bourne.

Namun, plot cerita Legacy yang lemah membuat film ini terasa berpanjang-panjang dan setelah satu jam mulai membosankan. Tidak adil memang membandingkan Jeremy Renner dengan Matt Damon. Renner adalah aktor berbakat yang namanya terus meroket sejak film The Hurt Locker, yang memberinya sejumlah penghargaan. Penampilannya yang brangasan dalam film ini harus diakui memunculkan sensasi baru.

Toh, rasa kehilangan aura Damon itu sulit ditepis. Soal ini jadi "perlu" karena dalam novel aslinya, The Bourne Legacy karya Eric van Lustbader (setelah Robert Ludlum meninggal dunia Lustbader memperoleh izin untuk menghidupkan kisah Bourne), cerita masih berpusat pada Jason Bourne alias David Webb, yang meninggalkan dunia intelijen dan menjadi profesor di Universitas Georgetown, AS.

Bourne, yang diceritakan sudah hidup tenang bersama istrinya kembali dijebak, dikhianati, dan dipaksa menjadi "pion" yang diburu-buru aparat keamanan dan intelijen AS. Setelah Legacy, Lustbader masih melanjutkan dengan Bourne Betrayal, Sanction, Deception, Objective, Dominion, Imperative.

Jadi, biarlah Aaron Cross memiliki petualangannya sendiri. Sementara kita bersabar menunggu kembalinya Bourne. Dengan segala warisan persoalannya. (MYRNA RATNA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau