Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengarkanlah Rinto Bernyanyi...

Kompas.com - 10/03/2013, 19:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Rinto Harahap "bernyanyi" lagi lewat buku musik 100 Lagu Karya Rinto Harahap.

Buku yang disertai notasi dan chord ini, seperti menyanyikan sepotong sejarah musik pop Indonesia era 1970-1980-an.

Rinto Harahap merupakan fenomena tersendiri dalam industri musik pop di Indonesia pada era 1970-an dan 1980-an. Pada masa itu sampai muncul genre lagu yang disebut sebagai "lagu rinto". Bisa dimengerti karena Rinto (62) menggubah 580-an karya. Artinya, dengan karya sebanyak itu, Rinto telah menorehkan paraf yang kemudian dikenali telinga pendengar sebagai lagu rinto tadi. Seperti apakah lagu rinto, itulah yang diabadikan dalam buku 100 Lagu Karya Rinto Harahap terbitan Bravo Musik.

Jenis lagu Rinto itu menjadi bagian dari konstelasi musik pop negeri ini pada paruh kedua era 1970-an dan era 1980-an. Masa itu juga diramaikan oleh lagu-lagu dari Chrisye dengan album Badai Pasti Berlalu, Sabda Alam, Resesi, dan lainnya. Juga lagu-lagu karya Titiek Puspa serta New Rollies. Belakangan, pada era awal 1980-an muncul lagu-lagu dari Pance Pondaag, berlanjut dengan paruh kedua 1980-an yang melahirkan lagu-lagu dari Deddy Dhukun, Oddie Agam, dan Obie Messakh.

"Lagu-lagu Rinto itu layak untuk diterbitkan karena di zamannya sangat fenomenal. Saya membantu melestarikan dan mendokumentasikan lagu-lagu Rinto," kata Hardy Suryabakti dari Bravo Musik.

Untuk edisi pertama Bravo Musik hanya memuat 100 lagu plus satu CD yang memuat lagu-lagu tersebut dalam format MP3. Direncanakan akan diterbitkan lagi 100 lagu Rinto berikutnya dan seterusnya. Format buku mengingatkan pada buku kumpulan lagu-lagu The Beatles Complete Chord Songbook.

The Mercy's
Rinto sudah menulis lagu sejak masih tergabung dalam band The Mercy’s yang produktif pada rentang masa 1972-1976. Rinto adalah pemetik bas dan penyanyi dari band asal Medan yang berawak Erwin Harahap, kakak Rinto, pada gitar; Charles Hutagalung (keyboard/vokal), Reynold Panggabean (drum/vokal), dan Albert Sumlang (saksofon). Dalam The Mercy’s, Rinto menyumbang lagu kondang seperti "Ayah", "Love", "Bunga Mawar", dan "Injit-Injit Semut". Lagu-lagu itu termuat dalam buku musik tersebut.

Rinto makin produktif sebagai penulis lagu selepas dari The Mercy’s. Ia mendirikan label Lollypop yang boleh dibilang sebagai "pabrik" lagu-lagu populer di paruh kedua 1970-an dan era 1980-an. "Di zaman itu dalam sehari saya bisa membuat dua atau tiga lagu," kata Rinto, yang ditemui di rumahnya yang luas di bilangan Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Sederet penyanyi membuat album di bawah naungan Lollypop, dan hampir semuanya kondang. Tersebutlah antara lain Eddy Silitonga dengan lagu "Biarlah Sendiri", Diana Nasution dengan "Benci Tapi Rindu", Iis Sugianto dengan "Jangan Sakiti Hatinya", sampai Hetty Koes Endang dengan "Dingin"-nya.

Rinto menyebut lagu-lagunya sebagai berkarakter sendu, sentimental, melankolik. Ia geram dan menolak keras jika lagunya dikatakan cengeng. "Saya protes keras. Tidak betul saya menulis lagu untuk dibikin cengeng. Cengeng itu, kan, menangis tanpa sebab. Saya menulis lagu berdasarkan apa yang saya rasakan, atau apa yang orang lain alami," kata Rinto.

"Gelas-gelas Kaca"
Salah satu lagu sendu, sentimental, karya Rinto adalah "Gelas-gelas Kaca" yang dipopulerkan Nia Daniaty pada pertengahan 1980-an. Rinto menceritakan bahwa Nia ketika menyanyikan lagu tersebut sampai menangis.

"Saya sedang ke panti yatim piatu di Kebayoran. Saya lihat anak-anak kecil di ruang dengan dinding kaca. Saya melihatnya dari luar. Mereka ditinggal begitu saja dalam boks di depan pintu panti asuhan oleh orangtua mereka. Anak-anak itu lalu dibesarkan oleh pengurus panti. Saya sedih sekali, terharu, sampai menangis...," kata Rinto. Lalu lahirlah lirik sebagai berikut: "Gelas-gelas kaca/ Tunjukkan padaku/ Siapa diriku ini/ Ayah aku tak punya/ Ibu pun aku tiada/ Siapa pun aku tak punya/ Hanya air mata/ Yang selalu bercerita kepadaku...."

Lagu rinto sebagian lahir dari pengalaman manusia seperti itu. Sebagian karya juga terinspirasi oleh karakter dan kisah-kisah seputar si pembawa lagu. Ia memberi contoh Rita Butar Butar yang populer dengan lagu "Seandainya Aku Punya Sayap". Lagu tersebut, menurut Rinto, diinspirasi oleh karakter Rita yang berkemauan keras dalam meraih tujuan.

"Waktu itu dia masih remaja sekitar 16 tahun. Ibunya yang cerita pada saya, dia itu 'memberontak', maksudnya kemauannya keras, seperti ingin terbang saja ha-ha-ha...," kata Rinto yang kemudian melahirkan lirik "Seandainya aku punya sayap terbang-terbanglah aku...".

Kho Ping Hoo
Lirik lagu rinto kadang juga dipengaruhi referensi bacaan dan pengalaman visual. Coba kita ingat lagu "Dingin" yang dibawakan Hetty Koes Endang. Pada bagian refrein tertulis "Kau janjikan berbulan madu ke ujung dunia/ Kau janjikan sepatuku dari kulit rusa...". Pemilihan "sepatu dari kulit rusa", menurut Rinto, itu bukan sesuatu yang dicari-cari, tapi memang sudah lama tersimpan dalam memori Rinto. Ia merekamnya dari cerita silat Kho Ping Hoo. Di cersil itu digambarkan sang pendekar menggunakan sepatu dari kulit rusa.

"Kami dulu di Medan memang suka membaca buku-buku Kho Ping Hoo, juga komik Taguan Hardjo," kata Erwin Harahap, kakak Rinto.

Lain lagi dengan kata gereja tua dalam lagu "Bila Kuseorang Diri" yang dipopulerkan Nur Afni Octavia pada awal 1980-an. Tepatnya pada lirik "Nyanyikan saja lagu tentang gereja tua...". Sebenarnya bangunan yang kemudian digambarkan sebagai gereja tua itu adalah mercu suar. "Lagu itu saya tulis ketika saya sedang mancing di pulau yang ada mercu suar, yang bentuknya seperti gereja."

Lagu-lagu karya Rinto telah menjadi soundtrack zaman yang pernah singgah di memori orang-orang yang pernah mendengarnya. Anda boleh menyanyikan lagu rinto sendiri lewat buku Rinto. (XAR)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com