Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lolos dari Kamp Konsentrasi Korea Utara, Shin Ingin Setenar Psy

Kompas.com - 01/05/2013, 12:03 WIB

LONDON, KOMPAS.com -- Seorang lelaki yang telah berhasil melarikan diri dan selamat dari kamp konsentrasi terburuk di Korea Utara pada 2005, kini telah merilis sebuah single. Ia berharap lagu tersebut akan seterkenal "Gangnam Style".

Shin Dong-hyuk, yang lahir di Camp 14 yang terkenal itu, ingin lagu baru tersebut meningkatkan kepedulian orang-orang terhadap pencederaan hak asasi manusia yang disaksikannya sebelum ia berhasil lolos dari tempat tersebut.

"Lagu kami merupakan sebuah pesan tentang harapan bagi orang-orang biasa Korea Utara yang kesengsaraannya sering tidak diperhatikan dan tangisnya kebanyakan tak terdengar," tutur Shin. "Jangan lupakan kami," sambungnya.

Shin telah bekerja sama dengan Ooberfuse, band elektro pop dari London, Inggris, untuk merilis lagu tersebut, yang berjudul Vanish The Night.

Mereka berharap, lagu itu akan menggaet perhatian seperti "Gangnam Style", lagu yang mendunia milik Psy dari Korea Selatan. Dengan demikian, pesan kemanusiaan yang mereka bawa akan tersampaikan.

Aksi berani Shin melarikan diri dari Camp 14 dimulai dengan menggunakan jasad seseorang  yang sudah tewas untuk menutupi dirinya ketika menerobos pagar beraliran listrik tegangan tinggi. Ia mencuri seragam militer Korea Utara sehingga tidak dikenali dan akhirnya melarikan diri ke China. Di China, ia dijemput oleh seorang jurnalis yang membantunya berbaur ke publik.

Sekarang, sebagai aktivis hak asasi manusia, Shin melancarkan protes secara tetap terhadap pemerintahan Korea Utara di bawah Kim Jong-un yang lalim.

"Cerita Shin tentang kondisi mengerikan sebuah kamp tahanan Korea Utara menyemplungkan kami ke kenyataan yang mengganggu mengenai seperti apa kehidupan mayoritas orang Korea Utara," kata Hal, salah seorang personel Ooberfuse.

"Kami begitu terguncang oleh pencederaan hak asasi manusia negara itu, sehingga kami ingin mencipta sebuah lagu yang menyoroti keadaan buruk orang-orang di negara itu," sambungnya.

Orangtua Shin pernah menjadi tahanan di kamp tersebut. Namun, mereka diizinkan tidur bersama sebagai suami istri beberapa malam setiap tahun, sebagai ganjaran merek bekerja dengan baik.

Setelah lahir, Shin dipaksa untuk tinggal di kamp itu bersama orangtuanya, berdasarkan "hukuman untuk tiga generasi", yang merupakan peraturan pemerintah negara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau