Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musik Progresif di Panggung Kreatif

Kompas.com - 12/05/2013, 11:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Bagaimana jadinya bila grup-grup band bercita rasa unik dan bergaya vintage semacam White Shoes and The Couples Company serta The Upstairs tampil di panggung yang dikelilingi aneka macam karya seni visual, gaya, dan fotografi? Atau apa yang terlintas di benak Anda jika kegaharan The S.I.G.I.T. dengan psychedelic rock-nya tampil di antara perpaduan seni itu?

Barangkali jawabannya beragam. Namun, itulah kenyataan yang tersuguh dalam acara festival seni kreatif bertajuk "A Create", yang digelar di Kartika Expo Jakarta, 4 Mei 2013.

Ruang di Kartika Expo yang mampu menampung sekitar 4.500 orang itu disekat-sekat menjadi beberapa bagian untuk bermacam kegiatan dan lokakarya seni serta pasar gaya hidup modern. Ada ekshibisi foto, pameran fotografi, kafe, ruangan visual mapping, stan logo, seni grafiti, toko kaset dan CD, ruang riasan, dan diskotek. Panggung musik berukuran 6 meter x 15 meter tampak menonjol di ujung sisi barat panggung.

Kegiatan dimulai sekitar pukul 12.00 dengan acara kurasi seni oleh empat kurator kenamaan di spesialisasinya masing-masing. Ada Anton Ismael (fotografi animasi), Dana Maulana (style entrepreneur), Ade Darmawan (seni visual), dan Anton Wirjono (pasar ritel). Mengangkat tema "Start Your Movement", para pengunjung dapat berdiskusi tentang seni yang menjadi kesukaan mereka dengan para kurator tersebut dalam bentuk lokakarya. Sesi ini ditutup dengan kolaborasi bersama Ade, Anton, Anton Ismael, dan Eric.

"Melalui gabungan lima disiplin kreatif ini, kami ingin memberdayakan kaum urban dan progresif agar terinspirasi dalam berkarya," ujar Robert Gautama, Senior Brand Manager A Mild, pendukung kegiatan tersebut.

Pilihan kreatif
Saat jarum jam menunjukkan pukul 17.00, tibalah sesi yang ditunggu-tunggu pengunjung festival, yaitu parade musik di panggung utama.

White Shoes and The Couples Company menjadi grup pembuka di panggung. Seperti biasa, dengan musik gaya retro, lengkap dengan personelnya yang mengenakan busana bergaya vintage, suasana kreatif di festival kian terasa.

Penampilan vokalis White Shoes, Aprilia Apsari, yang atraktif dan dengan cara komunikasinya yang mirip pembawa acara era 70-an, menjadi daya tarik di samping lagu-lagu yang dibawakannya. Mereka membawakan lagu-lagu hit-nya, baik dari album White Shoes and Couples Company (2006) maupun Vakansi (2010). Penonton yang semula mengerumuni anjungan seni tersedot beralih ke area utama depan panggung.

Suasana kian memanas saat The Upstairs naik ke panggung. Musik new wave khas era 1980-an yang mengentak ditambah aksi atraktif cenderung pecicilan dari sang vokalis, Jimi Multazam, membuat pengunjung kian terprovokasi untuk mendekat ke panggung.

Tak hanya bergoyang, seperti biasanya Jimi menunjukkan kepandaiannya bersilat kata di panggung. Dia sempat menyinggung maraknya acara kontes idola di televisi belakang ini. "Sayangnya kita enggak bisa ikut-ikutan kontes-kontesan itu, my friend, karena kita amatir," ucap Jimi dengan gayanya yang khas, yang langsung disambut tawa penonton.

Setelah menggeber sejumlah hit seperti "Apakah Aku Berada di Mars" atau "Mereka Mengundang Orang Mars", tibalah mereka membawakan tembang paling ngetop mereka, "Matraman".

Di tengah-tengah lagu tersebut, muncul bintang tamu yang tak asing, David Bayu Danangjaya, vokalis band Naif. Dengan gayanya yang "naif", David berduet dengan Jimi menyanyikan lagu "Matraman".

”Matraman dan Bandung, jauh sekali man?” seloroh David mengomentari lagu ciptaan Jimi itu .

Pertunjukan musik dalam festival seni malam itu dipuncaki oleh penampilan grup psychedelic rock asal Bandung, The S.I.G.I.T. Latar depan panggung nyaris tak ada yang tersisa lagi saat Rekti dan kawan-kawan menggeber lagu-lagunya, baik dari album Visible Idea of Perfection maupun dua mini album mereka, Hertz Dyslexia Part 1 dan Part 2. Gitaris Slank, Ridho Hafiedz, muncul juga ke panggung. Kehadiran Ridho membuat lagu andalan The S.I.G.I.T. yang dimainkan malam itu, "Black Amplifier", kian menggigit.

Temperatur suasana kemudian menurun seiring penampilan Rock and Roll Mafia dan Agriculture. Kedua band indie tersebut mencoba menawarkan sisi berbeda dalam musikalitas mereka. Sebelum akhirnya DJ Anton menutup festival malam itu dengan musik house-dance-nya.

Bertukar gagasan
Para penampil di ajang "A Create" di atas adalah band-band yang secara sadar memilih jalan kreatif yang tidak "pasaran". Ada kesadaran memilih gaya musik, busana, misalnya, yang tidak menganut arus mainstream. Wilayah kreatif pilihan sadar para pelakunya semacam itulah yang terwadahi dalam perhelatan ”A Create”.

Ade Darmawan selaku kurator seni rupa dalam acara itu menyatakan kehadiran para pelaku seni rupa, fotografi, fashion, dan musik dalam satu festival menunjukkan bahwa seni tak bisa dibatasi bentuk ataupun medium karya.

"Festival ini ingin menghadirkan perlintasan-perlintasan itu. Kondisi riil-nya, para pelakunya telah bertukar gagasan dan saling meminjam medium karya. Dalam festival ini, pengunjung tidak hanya mengonsumsi apa yang disuguhkan, tetapi juga bertukar gagasan dan melihat irisan-irisan proses kreatif satu sama lain," kata Ade. (HAN/ ROW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com