PROBOLINGGO, KOMPAS.com -- Sajian permainan atraktif dari gitaris jazz I Wayan Balawan bersama seniman musik tradisional Batuan Ethnic Fusion (Balawan and Batuan Ethnic Fusion), yang mengiringinya di pementasan Jazz Gunung "Indahnya Jazz, Merdunya Gunung" menjadi salah satu suguhan yang menghangatkan suasana panggung Java Banana, di Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (21/6/2013) malam.
Namun, hangat saja belum cukup untuk membuat para penonton betah bertahan di Jazz Gunung yang digelar di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut ditambah suhu udara 12 derajat celcius pada malam hari yang tentu saja begitu mengigit. Karena itu Balawan lantas membakar suasana dengan berkolaborasi bersama pemain bas asal San Francisco (AS), Steve Hogan. "Penonton baik-baik saja kan?" tanya Balawan.
"Saya ngirit suara, tapi saya ingin mempersembahkan penampilan khusus. Saya ingin memangil seorang turis dari San Francisco Steve Hogan, ke atas panggung. Come on Steve, where are you?" seru Balawan.
Kolaborasi Balawan dan Hogan langsung disambut riuh para penonton. Apalagi, kali ini Hogan tidak mencabik basnya seperti biasa. Bule berambut kepang itu memilih beatbox berbagai macam bebunyian, seperti turntable, terompet, dan drum untuk meladeni permainan gitar Balawan yang cepat. Duel bunyi-bunyian pun akhirnya tak terelakkan di antara dua musisi jazz kelas dunia itu.
Sementara Hogan ber-beatbox ala disc jockey, sebuah "serangan" balasan dilontarkan Balawan yang mengeluarkan bunyi-bunyian elektronik penari kecak yang dihasilkan dari teknik finger tap dengan jemarinya. Riuh rendah penonton langsung menyambut aksi improvisasi mereka pada komposisi "Spain" milik grup musik Chick Corea.
Selanjutnya, Balawan mengajak penonton untuk menikmati komposisi "Belajar Menari" yang dimainkannya. Di bagian ini, Balawan memainkan dua gitar listrik kesayangannya sambil menginjak beberapa instrument electronic sound effect dengan kaki kanan dan kirinya secara bergantian.
"Kalau mau jujur tugas saya ada (memainkan bunyi-bunyian) gitar, kereta api, ada suara keyboard, gamelan. Saya harus melakukan ini, terus lihat penonton yang cantik-cantik," kata Balawan.
Kadang gitaris ini menyadari jika aksinya tersebut terlalu akrobatif. "Dulu ada dalang yang bilang kalau saya ini bukan pemain gitar, tapi pemain akrobat. Jadi saya malam ini enggak mau pakai gitar double neck karena saya ingin diakui sebagai gitaris biasa bukan akrobat," kata Balawan dengan canda untuk menghangatkan dinginnya Bromo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.