Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alex Komang: Banyak Film Tak Sesuai Lingkungan

Kompas.com - 18/10/2013, 13:54 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com -- Salah satu aktor terkenal negeri ini, Alex Komang, mengatakan bahwa banyak isi film yang tidak sesuai dengan lingkungan di sekitar kita. Padahal, menurut dia, salah satu hal penting untuk menjadikan film Indonesia diterima oleh masyarakat adalah dengan mengangkat masalah sehari-hari yang ada di sekitar kita.

Hal itu dikatakan oleh Alex di hadapan para peserta workshop film yang diadakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Manado, di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (18/10/2013). Workshop film tersebut diselenggarakan selama empat hari, dari Kamis (17/10/2013) hingga Minggu (20/10/2013).

Selain Alex, hadir juga Dewi Irawan, Akhlis Suryapati, Alex Ulaen, dan Daniel Kaligis sebagai para pembicara yang lain.

"Pertanyaan penting adalah, apakah kita akan mengambil posisi menjadikan film sebagai salah satu media utama untuk menyatakan siapa diri kita sendiri," ujar Alex.

Menurut dia juga, agar industri film Indonesia bisa hidup lagi, sebaiknya para insannya tidak membuat film tentang kehidupan di Jakarta. Wilayah-wilayah di luar Jakarta juga memiliki kekuatan dan kekhasan sendiri yang bisa diangkat ke sebuah film.

Sementara itu, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi Manado Alex Ulaen menegaskan bahwa film bukan hanya ekspresi seni, melainkan juga ekspresi budaya.

"Melalui film kita bisa menampilkan identitas kebudayaan lokal kita yang juga merupakan bagian dari kebudayaan nasional dan secara global membentuk peradaban," ujar Ulaen.

Kepala BPNB Manado, Rusli Manorek, menjelaskan bahwa workshop film tersebut merupakan salah satu program BPNB Manado dalam upaya menggali, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya daerah, khususnya untuk film, dalam upaya memerkaya khazanah budaya Indonesia.

"Upaya pelestarian itu merupakan salah satu langkah strategis untuk menjaga agar identitas bangsa tetap bertahan dan hidup. Upaya melestarikan kebudayan bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena memerlukan komitmen dan kerja keras semua pihak secara bersinergi," tegas Manorek.

Dewi Irawan dan Daniel Kaligis mengungkapkan keberpihakan mereka kepada pelibatan masyarakat secara luas dalam hal memproduksi film. "Sudah saatnya kita bukan hanya menjadi obyek, menjadi penonton, tetapi bisa pula menjadi subyek sebagai yang memproduksi film," ujar Daniel.

Akhlis Suryapati berpendapat bahwa menumbuhkan iklim perfilman Indonesia bisa dimulai dari komunitas-komunitas kecil. "Sebagai sebuah proses film itu sendiri bisa dikategorikan dalam proses industri dan proses kreatif. Kalau industri memerlukan sumber daya yang besar, maka marilah kita memulai dari tahapan bahwa film itu sebagai proses kreatif. Dengan demikian semua orang bisa terlibat sebagai pembuat film, bahkan dengan peralatan paling sederhana pun," tutur Akhlis.

Workshop yang diikuti oleh kira-kira 100 peserta itu akan diisi pula dengan pelatihan pembuatan film dokumenter yang dipandu langsung oleh para pelaku film. Dari hasil workshop tersebut diharapkan para peserta bisa membawa semangat ke komunitas masing-masing dalam menumbuhkan iklim perfilman nasional, khususnya di Manado.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau