Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Miracle Libatkan Horn Section untuk Lagu-lagu Dream Theater

Kompas.com - 07/03/2014, 14:25 WIB
Ichsan Suhendra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Meski dikenal sebagai band cover version dari grup metal progresif ternama Dream Theater (DT) dari AS, band rock progresif The Miracle asal Jakarta menampilkan lagu-lagu DT tidak selalu mirip dengan aslinya. Hal itu mereka tunjukkan ketika beraksi melibatkan horn section dalam pertunjukan A Tribute to Dream Theater, di @america, Pacific Place, Jakarta, Kamis (6/3/2014), mulai pukul 19.00 WIB, selama kira-kira dua jam.

The Miracle manggung dengan formasi Chemmy (vokal), Yessi (keyboard), Faisal (gitar), dan Putra (drum). Penampilan mereka dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama mereka buka dengan "The Glass Prison".

Para penonton, yang jumlahnya puluhan saja, duduk santai di area menonton di hadapan The Miracle.

"Jarang-jarang nih, kita main tapi yang nonton duduk. Boleh enggak sih ke depan? (berdiri dekat bibir panggung)" ujar Yessi di pentas.

Rata-rata penonton agaknya sudah mengenal The Miracle, yang dibentuk pada 2001, dan DT, yang lahir pada 1985. Mereka memberi sambutan hangat, dari ikut menyanyi hingga meminta lagu tambahan, atas sajian The Miracle dalam pertunjukan gratis itu. Mereka pun dengan para personel The Miracle saling melempar canda secara akrab.

Sesudah "The Glass Prison", pementasan berlanjut dengan "Another Day". Aransemen musik untuk lagu tersebut diremajakan oleh The Miracle.

"Beat kami ubah sedikit, habis tua banget kayaknya. Bikin muda sedikit, mudah-mudahan tahun depan bisa ada di Java Jazz, JKT48 aja bisa masuk," tutur Yessi berbumbu sindiran terhadap tampilnya idol group JKT48 dalam Java Jazz Festival 2014, 1 Maret lalu di Jakarta.

Suguhan lain The Miracle dalam sesi pertama adalah "I Walk Beside You" dan lagu yang menjadikan DT nomine untuk kali pertama dalam Grammy Awards, "On the Backs of Angels".

Dalam sesi kedua, The Miracle memasukkan horn section dalam menyajikan lagu-lagu DT.

"Biasanya penonton berekspetasi begitu, karena show Dream Theater sama dengan yang di CD. Padahal, cover (version) tidak selalu begitu," terang Yessi.

"Kami yang pilih kira-kira dikasih horn enak enggak ya. Ada lagu 'klasik' (milik DT) yang kami bawakan (dengan horn section) biar fresh dan ada sesuatu yang lain. Ada yang 'pop' (maksudnya, pop versi DT) juga," jelasnya.

Untuk itu, The Miracle menggandeng pianis Mery Kasiman Marantika, yang mengaku biasanya memainkan lagu-lagu jazz dan daerah.

Mery--yang mengaku baru mendengarkan lagu-lagu DT secara rinci karena harus bekerja sama dengan The Miracle--bertugas membuat aransemen musik untuk horn section tersebut. "Saya mengerjakan dari yang paling gampang sampai yang paling sulit, bikin panik sesuai judulnya, 'Panic Attack'," cerita Mery di panggung. 

Mery juga bertugas mendapatkan dua pemain trumpet dan dua pemain saksofon dalam section itu, yaitu Nando, Iyus, Leo, dan Nico. Ia bertugas pula menjadi konduktor untuk section itu.

Permainan trumpet dan saksofon tersebut masuk pada bagian-bagian lagu yang disepakati oleh The Miracle bersama Mery--tidak pada sepanjang lagu dan tanpa menghilangkan "rasa" DT. Lagu-lagu dalam sesi kedua itu antara lain "Pull Me Under", "Forsaken", "Panic Attack", dan, tentu saja di akhir pementasan, superhit DT, "The Spirit Carries On".

Meski para penonton terus berseru meminta lagu tambahan, pertunjukan tersebut harus diselesaikan karena waktu yang terbatas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau