Slank begitu apik membawakan salah satu karya besar Ismail, "Juwita Malam". Dengan diiringi Chandrabuana Chamber Orchestra oleh Jassin Burhan, Slank berhasil menyedot perhatian para pengunjung yang didominasi kalangan dewasa-lanjut usia tersebut.
Slank tampil dengan formasi lengkap, Bimbim pada drum, Abdee pada gitar rythm, Ivanka pada bass, Ridho pada gitar melodi, dan Kaka sebagai vokalis. Dengan busana kasual, Slank berhasil membawakan lagu Juwita Malam dengan gaya musik khas mereka.
Selain menyanyikan "Juwita Malam", Slank juga didaulat untuk menyanyikan lagu "Oh Ayah, Saya Ingin Kawin". Lagu ini menjadi begitu spesial, karena baru dibuat notasinya saja oleh Ismail Marzuki. Bimbim melengkapinya dengan membubuhkan lirik pada notasi tersebut.
Ismail menulis karya tersebut pada tahun 1957 lalu. Lagu itu merupakan representasi dari pengalaman pribadi sang maestro dalam mencari cinta.
Bimbim, yang ditemui usai acara, mengaku merasa terhormat bisa menulis lirik untuk lagu karya ciptaan Ismail Marzuki. Kendalanya, saat ia mencoba mendalami latar belakang Ismail Marzuki.
"Kita mencoba mendalami bagaimana suasana hati Ismail Marzuki di tahun 1957 lalu. Sebelum saya buat liriknya, saya juga minta izin dulu ke makam Ismail Marzuki," kata Bimbim bercerita.
Tak sia-sia, hasil dari kerja keras itu, penampilan Slank berhasil mendapat tepuk tangan riuh serta standing ovation dari para pengunjung yang memenuhi Teater Besar Jakarta, TIM.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budhiman mengaku sengaja memilih Slank untuk membawakan beberapa karya besar Ismail Marzuki. Menurut dia, Slank merupakan grup band representatif anak muda di Jakarta.
"Slank itu mitos dan representasi generasi muda yang konsisten. Slank juga mempunyai kepedulian terhadap Ismail Marzuki dengan membawakan beberapa lagunya. Sempurna, atas penampilan mereka," kata Arie.
Tak hanya Slank yang tampil memukau pengunjung, sederet pengisi acara berhasil membawa pengunjung untuk kembali mengenang karya besar Ismail Marzuki. Seperti Ecky Lamoh yang membawakan "Indonesia Pusaka", Diah Iskandar membawakan "Darimana Datangnya Asmara", Ubiet dengan "Pasar Gambir", serta Sundari Soekotjo yang membawakan "Tukang Becak Bang Samiun" dengan nuansa keroncong khasnya.
Pergelaran musik Ismail Marzuki tahun ini turut dimeriahkan dengan penampilan soprano asal Palestina, Mariam Tamari. Meski tidak fasih berbahasa Indonesia, Mariam cukup luwes membawakan "Gugur Bunga" dan "Rayuan Pulau Kelapa".
Sebelum pagelaran konser 100 tahun Ismail Marzuki, juga dihelat berbagai acara mengenang pahlawan asal Betawi tersebut. Pada Kamis (22/5/2014) lalu, dihelat "Operet Ismail Marzuki Sang Pahlawan" dengan sutradara Jose Rizal Manua. Operet itu dimainkan oleh beberapa pelaku peran, seperti Maudy Koesnaedi, Aning Katamsi, Ecky Lamoh, dan Niken Flora Rinjani.
Kemudian, pada (22-24/5/2014) lalu, juga diselenggarakan Pameran Barang-barang Peninggalan Ismail Marzuki di Lobby Area Teater Jakarta. Digelar juga kompetisi paduan suara antar perguruan tinggi pada Jumat (23/5/2014) lalu di Gedung Teater Kecil, TIM, Jakarta.
Ismail Marzuki lahir di Jakarta pada (11/5/1914) lalu dan meninggal pada (25/5/1958) di usia 44 tahun. Ia dikenang sebagai seorang komponis besar Indonesia dan nama besarnya diabadikan menjadi nama Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki, di Cikini, Jakarta Pusat.
Dipandang dari napas lagu-lagu dan syair ciptaannya, almarhum merupakan seorang nasionalis yang setia pada cita-cita perjuangan kemerdekaan. "Rayuan Pulau Kelapa", "Kalau Anggrek Berbunga, "Siasat Asmara", dan "Jauh Di Mata, di Hati Jangan" populer di telinga masyarakat di tahun 1970-an.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.