Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seputih Cinta Melati: Belajar dari Ketulusan Anak

Kompas.com - 20/07/2014, 14:58 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Pujangga Inggris, William Wordsworth, menulis "The child is father of the man...." Dengan kata lain, anak kadang lebih bijak daripada orang dewasa. Orang tua bisa belajar dari anak. Seperti itulah para buron dalam film Seputih Cinta Melati yang belajar pada tokoh Melati, bocah polos yang berhati seputih melati.

Erik dan Ivan melarikan diri dari tahanan. Mereka dipenjara karena kasus perampokan, dan penculikan anak-anak. Keduanya menjadi buronan paling dicari. Mereka dengan cerdik bersembunyi di balik terpal penutup sayur-mayur yang dibawa sebuah mobil bak terbuka yang melintas di dekat penjara. Ketika sang sopir kebelet buang air, keduanya melompat dan menghilang di sela hamparan pohon teh dan masuk ke dalam hutan. Di sana mereka bersembunyi di sebuah pondok tua tak berpenghuni.

Bersamaan dengan kehadiran keduanya, terjadi hal-hal aneh di desa terdekat. Hilangnya dua gamis yang sedang dijemur milik Pak Haji, lenyapnya stroberi siap panen di kebun Kang Asep, dan ludesnya makanan berbuka puasa di rumah Mamah Andini.

Rencana Erik dan Ivan melarikan diri terpaksa tertunda dengan kehadiran Rian dan Melati. Ivan tidak tega membiarkan Melati yang kakinya kejeblos dan terjepit titian kecil di tepi danau. Tanpa menghiraukan risiko pelariannya bisa terbongkar, Ivan muncul dan menolong Melati.

Film Seputih Cinta Melati produksi Alenia Pictures dijadwalkan tayang perdana di bioskop tanggal 24 Juli mendatang. Film ini sengaja diluncurkan untuk menyambut libur Lebaran, sebagai sarana hiburan bagi keluarga.

Film yang disutradarai Ari Sihasale ini menceritakan dua buronan yang menjalin persahabatan dengan dua anak kecil, Rian (Fatih Unru) dan Melati (Naomi Ivo). Kedua kakak beradik ini senang mendapat teman baru ketika mereka bermain ke pondok. Rian mengajari Erik (Asrul Dahlan) memancing ikan di danau, sedangkan Melati secara tidak sengaja mengajari Ivan (Chicco Jerikho) mengaji.

Melati yang terkesan dengan pertemuan mereka menuangkannya ke dalam gambar berupa dua orang dewasa bergamis bergandengan tangan dengan dua anak kecil di tepi danau. Gambar itu membuat Rian yang sebatang kara tersentuh. Ia pun dilanda kegalauan dan ini memancing kemarahan Erik.

"Om Ivan teh enggak perlu sedih. Sekarang Om Ivan punya teman, aku, Aa Rian, dan Om Erik," kata Melati saat menghibur Ivan yang sedang terserang penyakit mag kronis.

Komedik, satirik
Untuk mempertahankan anak-anak tetap duduk di kursinya menonton, banyak adegan dan dialog tampak dibuat untuk memancing tawa. Misalnya, saat Rian susah dibangunkan untuk makan sahur atau caranya menahan kantuk di kelas, adegan memancing sambil tidur, atau Briptu Yana yang kendaraannya selalu mogok.

Beberapa adegan dibuat sebagai sindiran atau semacam satire sosial. Misalnya Rian yang mengantuk di kelas karena kelelahan mengerjakan PR.

"Ngasih PR banyak pisan, kayak zaman penjajahan wae," kata Rian menahan kantuk.

Atau seribu jurus kampanye Kang Asep yang menjadi tim sukses calon anggota legislatif bernama Abdi. Ada pula sosok Briptu Yana, polisi yang dekat dengan masyarakat. Film dari Alenia memang selalu menyusupkan sekelumit satire sosial secara halus dan komedik, tanpa mengganggu alur cerita.

Jalinan kisah dibuat sederhana sehingga mudah dicerna oleh anak-anak, tetapi tetap terasa logis. Akan tetapi, alur cerita yang linier bisa jadi memancing rasa bosan penonton dewasa. Kepolosan wajah Rian dan Melati serta aktingnya yang natural menjadi salah satu daya tarik film ini.

Fatih Unru yang berusia delapan tahun ditemukan pasangan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen melalui rekaman di Youtube saat tampil sebagai komika dalam Stand-Up Comedy Indonesia di KompasTV. Adapun Naomi telah muncul dalam beberapa iklan produk dan film televisi (FTV). Beberapa adegan yang dilakukan keduanya dalam film ini hasil improvisasi.

Nia selaku produser eksekutif mengungkapkan, pengambilan gambar untuk film ini dilaksanakan selama sebulan dengan proses penyelesaian akhir di Thailand. Shooting mengambil tempat antara lain di perkebunan teh Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, dan desa sekitarnya.

Dan seperti menjadi trade mark film Alenia, dalam film ini penonton juga disuguhi gambar-gambar panoramik, indah, selalu ada cara mengomunikasikan sisi indah Indonesia. Kali ini dari alam Priangan yang jelita. Alam indah itu menjadi panggung penyampai pesan tentang hati tulus anak yang meluluhkan kekerasan hati orang dewasa yang membatu.

"Film ini tentang ketulusan hati dan kasih sayang dari anak-anak kecil yang bisa mengubah perilaku orang dewasa. Kita bisa belajar dari sifat ketulusan anak-anak," kata Nia. Semoga orang tua mau belajar menjadi bijak.... (Sri Rejeki)

Seputih Cinta Melati
- Sutradara: Ari Sihasale
- Pemeran: Fatih Unru, Naomi Ivo, Asrul Dahlan, Chicco Jerikho, Sabai Morscheck
- Skenario: Armantono
- Musik: Aghi Narottama, Bemby Gusti
- Produser: Arie Sihasale, Nia Sihasale Zulkarnaen
- Produksi: Alenia Pictures.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau