Anak muda Korsel yang menyimpan mimpi jadi penyanyi idola jumlahnya sangat banyak. Sebuah audisi menyanyi di televisi bisa diikuti ratusan ribu hingga jutaan anak muda per tahun. Itu semacam ”jalan cepat” untuk menjadi artis.
Namun, ada jalan lain untuk menjadi penyanyi yang lebih panjang dan melelahkan, yakni bergabung dengan agen pelatihan K-Pop. Jalan itu yang ditempuh kakak beradik Oh Tae-seok (22) dan Oh Yun-seok (21). Sejak 2009, keduanya berlatih menyanyi dan memainkan berbagai alat musik di beberapa agen.
Setahun terakhir, mereka berlatih intensif di Rainbow Bridge, perusahaan yang melatih calon artis. Setelah dianggap siap untuk debut, Rainbow akan mendistribusikan mereka ke perusahaan rekaman dan manajemen artis.
Suatu siang, keduanya berlatih vokal dan organ dibimbing seorang pelatih vokal. Setelah itu, mereka berlatih dance. Gerakan dance-nya khas K-Pop: tegas, patah-patah, dan berulang.
Tae-seok dan Yun-seok berlatih spartan enam hari sepekan. Latihan harian terdiri dari vokal 2 jam, dance 2 jam, instrumen musik 2 jam. ”Di rumah, kami latihan berjam-jam lagi,” ujar Tae-seok yang dikonsep berduet dengan adiknya dengan nama O-Broject. O adalah inisial nama keluarga, Brojeck; kependekan dari brother project.
Keduanya kini di titik yang sangat menentukan karier, yakni debut. Rainbow berencana meluncurkan singel pertama mereka akhir September ini. Jika diterima pasar, mereka berpeluang jadi superstar seperti Big Bang, Super Junior, 2PM, dan Psy. Jika tidak, nama mereka akan tenggelam seperti jutaan anak muda yang gagal jadi selebritas.
”Makanya, saya takut menghadapi debut ini. Banyak orang Korsel ingin jadi artis, saingannya banyak,” kata Yun-seok yang harus kuliah dengan sistem online, seperti kakaknya, karena tak ada waktu ke kampus.
Bagaimana kalau benar-benar gagal? ”Saya tidak pernah berpikir gagal, hanya sedikit takut. Saya percaya kepada manajemen,” tambah Yun Seok.
Di Hongdae—sebuah tempat nongkrong di Seoul—juga banyak anak muda Korsel yang berjuang menjadi artis. Mereka menyanyi di ruang terbuka, di depan deretan restoran dan bar demi dilihat publik. Ruangan di kawasan itu sebagian memang disediakan untuk band dan penampil unjuk diri kepada publik.
Mereka tidak perlu bayar. Mereka mendapat uang sumbangan dari para penonton. Jumlah yang diperoleh lumayan banyak, sekitar 100.000 won atau Rp 1 juta semalam. Uang tersebut bisa mereka pakai untuk membeli peralatan penunjang penampilan.
Suatu malam, ada tiga grup yang tampil di salah satu sudut Hongdae. Salah satunya adalah Bunlisugo yang kalau diindonesiakan artinya ’daur ulang’. Kim Suk-hyun (26), sang vokalis, berusaha tampil habis-habisan.
Ia mengajak 50-an penonton menyanyi bersama-sama dan menari. ”Hoooo beautiful lady/ hoo beatuful lady/ Hooo beautiful lady//”. ”Yang mau teriak, silakan teriak,” katanya. Penonton berteriak riuh.
Sekitar 15 meter dari Bunlisugo, Jung Sun-ho (30) juga tampil dan berusaha memukau penonton dengan lagu-lagu balada ciptaannya sendiri. Setelah menyanyikan beberapa lagu, beberapa fans perempuan mendatanginya, minta tanda tangan.
”Rasanya tidak lama lagi saya akan jadi penyanyi terkenal,” kata Sun-ho dalam nada yang mirip doa. Dia menambahkan, fans-nya di Facebook telah mencapai 10.000 orang. Belum dihitung jumlah pengikutnya di Twitter. Jumlah itu akan berlipat jadi jutaan jika Sun-ho berhasil jadi idola.
Selama empat tahun tampil di Hongdae, belum juga ada manajemen artis yang melirik dia. ”Mungkin karena saya lebih banyak memainkan instrumen. Tetapi, saya tetap yakin suatu ketika akan tampil di televisi dan menjadi bintang,” ujarnya.
Nasib serupa dialami Bunlisugo yang tampil di Hongdae sejak tiga tahun lalu. Meski tampil empat kali dalam seminggu, belum juga ada manajemen artis yang sudi mengontrak mereka. ”Kami harus sabar dan terus memupuk harapan.
Dengan tampil di Hongdae, orang melihat kami. Kalau suka, mereka akan membicarakan kami dari mulut ke mulut. Lama-lama kami terkenal juga, kan. Setelah itu, manajemen artis pasti mencari kami,” ujar Suk-hyun.
Para musisi di Hongdae itu punya alasan untuk terus memupuk harapan. Pasalnya, beberapa penyanyi yang cukup dikenal di Korsel sebelumnya pernah menjadi musisi jalanan. Mereka antara lain Jaurim dan penyanyi R&B dan pop Lim Jeong-hee.
CATATAN:
Tulisan ini merupakan cuplikan dari tulisan di Harian Kompas edisi Kamis (25/9/2014) berjudul "Sepak Terjang Calon Idola" karya Budi Suwarna.