Popularitas dan kekayaan yang mereka raih lewat dunia musik lantas menginspirasi banyak anak muda Korsel lainnya untuk menjadi idola. Ricky dan Sun-ho tegas-tegas mengatakan, mereka ingin mengubah nasib dengan menjadi idola. ”Rasanya asyik juga dikejar-kejar fans yang histeris,” ujar Ricky.
Kalau sudah populer, uang pasti datang. CEO Rainbow Bridge Kim Jim-woo menjelaskan, industri K-Pop menghasilkan banyak uang. Untuk mencetak satu boy band dan girl band, Rainbow mengeluarkan dana Rp 1 miliar-Rp 5 miliar. Uang itu sebagian besar habis untuk mendanai latihan 2-3 tahun, promosi, dan memoles penampilan artis.
”Kalau sudah terkenal, mereka bisa menghasilkan Rp 40 miliar-Rp 100 miliar setahun. Boy band sebesar Super Junior bahkan bisa mencetak Rp 1 triliun per tahun antara lain dari pemasukan iklan dan konser,” tuturnya.
Pemasukan besar dinikmati artis manajemen, agen artis, dan artis. Dengan penghasilan besar, kata Kim Jim-woo, hidup sang artis terjamin sampai tua.
Begitulah, gemerlap industri K-Pop yang mampu mengubah mimpi sebagian anak muda Korsel. Inilah era ketika banyak anak Korsel mati-matian berjuang bukan untuk jadi insinyur, melainkan jadi idola.
CATATAN:
Tulisan ini merupakan cuplikan dari tulisan di Harian Kompas edisi Kamis (25/9/2014) berjudul "Sepak Terjang Calon Idola" karya Budi Suwarna.