"Bapak Djamin Gintings itu ada foto dia megang kamera foto. Kita tahu zaman 1930-an itu kamera langka banget, enggak semua orang punya, tapi beliau punya. Jadi, saya bisa belajar banyak dari foto-fotonya," tutur Vino dalam wawancara di Kantor Redaksi Kompas.com, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Selama ini, saya hanya tahu Djamin Gintings sebagai nama jalan di Sumatera Utara, tapi tokohnya saya enggak tahu, tapi dari bukunya saya tahu gimana orangnya," lanjutnya.
Selain dari dokumentasi Djamin, Vino juga bisa bertanya banyak kepada istri pahlawan nasional tersebut, yang menjadi tokoh sentral dalam film itu, Likas Tarigan.
"Saya bisa banyak tanya ke Ibu Likas, kebetulan beliau masih hidup, usianya 90 tahun, dan ingatannya juga masih bagus," kata Vino.
"(Selain itu) Saya harus banyak berdiskusi dengan Pak Rako (Rako Prijanto, sutradara 3 Nafas Likas). Dia bilang, yang penting bukan menyamakan secara fisik, tapi jiwa Pak Djamin Gintings," tekannya.
Sementara itu, Ernest berada dalam kondisi sebaliknya.
"Saya cuma dikasih selembar foto. Katanya, 'Itu Njore, cuma itu (foto yang tersisa).' Saya memerankan dua periode kehidupan Njore. Itu sulit karena hanya ada satu foto. Saya seperti menyusun puzzle untuk mengembangkan karakter ini," kata Ernest.
Rako Prijanto (41) mengakui bahwa ada kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi oleh ia dan para bintang film itu.
"Buat saya, yang paling susah adalah menginterpretasikan manusia saat itu. Kadang saya frustrasi kok kamera ini enggak ada 'nyawanya'. Tapi, saya beruntung bisa punya mereka. Mereka bisa bekerja dengan baik dan setelah nonton film ini, Ibu Likas katanya puas," ungkap Rako.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.