Dalam perjalanan bermusik mereka, Van Java sempat beberapa kali bongkar pasang vokalis. Band dengan formasi kini Peter (drum), Biondi (gitar), Broto (bas), dan Brenda (vokal) itu bermusik progresif-jazz.
"Musiknya riweuh, tapi kami pengin Van Java itu vokalisnya cewek," kata Peter ketika berbincang dengan Kompas.com di Pondok Indah Mall 2, Jakarta Selatan, Minggu lalu (30/11/2014).
Menurut Broto, sejak awal ia dan rekan-rekannya membentuk Van Java sebagai grup yang vokalisnya perempuan.
"Memang sejak awal kami pengin vokalis cewek," ujar Peter.
"Jadi, pas Mei 2007, gue sama Peter satu SMA. Pas kelas dua kami nge-band yang materinya instrumental. Dari situ kami cari vokalis cewek yang satu sekolah," timpal Broto bercerita.
Namun, dengan formasi pertama, Van Java tak berjalan mulus.
"Berhubung bermasalah, akhirnya ganti lah sama vokalis cowok," lanjut Broto.
Dengan vokalis pria, Van Java berhasil masuk ke posisi enam besar dalam sebuah festival musik indie pada 2009.
"Kami masuk enam besar secara nasional di Indie Fest 2009," kenang Broto.
Namun, sekali lagi, formasi itu tak bertahan lama. Akhirnya, Van Java memilih Brenda sebagai vokalis terkini mereka.
"Sesudah itu, di 2010 vokalis cowok itu diganti sama Brenda," terang Peter.
Bersama Brenda, Van Java ngebut berkarya untuk melahirkan single pertama mereka pada 2010. Musik progresif-metal yang semula mereka usung pun mereka ganti dengan musik progresif jazz seperti yang mereka mainkan sampai saat ini.
"Jadi, setelah 2010 itu, musiknya kami kurangi kerasnya. Kami bikin musik lebih efisien dan untuk pedewasaan musiknya kami masukkan unsur jazz," jelas Biondi.
"Kami rilis single 'Dream' terus 'Eternal Dream' di 2010, konsep baru yang seperti sekarang ini," tambah Biondi.
Dengan musik progresif-jazz dan vokalis perempuan, pada 2012 Van Java diajak ambil bagian dalam album kompilasi musik progresif Indonesia Maharddhika, yang dibikin karena terinsiprasi oleh lagu "Indonesia Maharddhika" karya Guruh Soekarnoputra dan Roni Harahap dalam album Guruh Gipsy (1976).
"Si Papa (Mohamad Kadri, satu dari tiga produser album Indonesia Maharddhika) ngajakin untuk bikin album kompilasi Indonesia Maharddhika, yang lagu-lagunya berhubungan dengan Indonesia. Dari situ kami panik, sedikit bergetar, karena diminta bikin lagu," kenang Broto lagi.
Tantangan itu dijawab oleh Van Java dengan menyuguhkan lagu "Prophecy of Jayabaya" untuk mengisi album Indonesia Maharddhika.
"Van Java liriknya cenderung gelap, akhirnya kepikiran ramalan Jayabaya. Kami juga masukkan beberapa bait dari ramalan Jayabaya di lagunya, lalu kami bahasa Inggriskan, kemudian sepenggal lirik bahasa aslinya juga kami masukkan," jelas Peter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.