Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film yang Menginspirasi Industri Kreatif

Kompas.com - 20/12/2014, 19:11 WIB


Salman Aristo, penulis cerita film Indonesia pernah mengatakan, bermain di industri film ibarat menggambar seekor naga. Ada badannya, ada kepalanya. Tak mungkin orang hanya membangun badannya, tetapi juga harus kepalanya. Badan naga diibaratkan pembuatan film reguler. Film yang dibuat dengan cepat, seadanya, biasa-biasa saja, budget tak terlalu wah, dan gampang.

Dalam lagu, film model ini bisa dianalogikan easy listening. Sementara itu, "kepala naga" adalah pengibaratan film yang dibuat dengan budget lebih tinggi, kualitas cerita, bintang, lokasi, dan seluruh aksesori yang membuat film itu tak biasa-biasa saja. 

Berdasarkan kriteria tersebut, boleh dibilang, film Pendekar Tongkat Emas layak disebut sebagai upaya membangun kepala naga. Budget yang digelontorkan lebih dari Rp 20 miliar. Upaya yang dijalankan untuk membawa lebih dari 110 orang pergi ke Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, serta latihan fisik dan bela diri dari pemeran utamanya yang memakan waktu berbulan-bulan tentu tidak main-main. Bahkan, seluruh urusan pembuatan film ini memakan waktu lebih dari setahun.

Tidak hanya budgetnya yang aduhai, tetapi juga karena kualitas cerita, pemeran, adegan, fotografi, dan musik. Di samping itu, kualitas pemandangan alam Pulau Sumba yang luar biasa indah, yang tak kalah dengan pemandangan di tempat yang terkenal di mancanegara, akan menjadi tontonan menarik tersendiri.

Film memang tak sekadar tontonan dari sebuah cerita yang diangkat ke layar, tetapi juga melibatkan banyak urusan. Misalnya, urusan tempat syuting. Oleh pemerintah setempat, beberapa tempat bekas lokasi syuting bisa didesain sebagai tempat rekreasi, tempat tujuan pelancong. Jauh-jauh orang datang ke satu tempat hanya untuk mengunjungi bekas lokasi syuting Winter Sonata di Korea atau The Lord of the Rings di Selandia Baru. Jika ke Belitung, nyaris tak mungkin Anda tak diajak keliling tempat bekas lokasi syuting Laskar Pelangi atau rumah kata-kata Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi.

Tak berlebihan jika dikatakan multiplier effect dari upaya pembuatan satu film saja, dapat dipakai sebagai contoh bagaimana industri kreatif bisa dikembangkan. Ambil contoh, kain tenun sumba merupakan salah satu kain tenun terbaik di Indonesia, yang dipakai oleh pemain-pemain film Pendekar Tongkat Emas. Jika tak ingin kehilangan momentum, semestinya kain ini bisa diproduksi, dikemas, dan dipasarkan sehingga menjadi salah satu hasil karya yang berpotensi mengangkat kesejahteraan masyarakat Sumba.

DOK MILES FILMS & KG STUDIO Game Pendekar Tongkat Emas.


Multiplatform dalam film

Hari ini, produser film makin tak mungkin tak berpikir multiplatform. Dia tidak hanya dituntut untuk berpikir membuat film berdasarkan cerita yang disodorkan dan kemudian tertarik untuk mengangkatnya ke layar lebar. Seorang produser hari ini harus mulai berpikir untuk melebarkan produksi filmnya dengan kelengkapan lain, seperti buku, drama musikal, novel, komik, dan game. Serupa dalam kasus Pendekar Tongkat Emas.

Hari ini, masyarakat tak hanya disuguhi tontonan film yang bisa disaksikan di bioskop, tetapi juga bisa membaca buku cerita novel, membaca komik dengan karakter khas, dan mengunduh game Pendekar Tongkat Emas secara gratis. Merchandise dan buku film ini juga bisa dibeli di www.grazera.com Multiplatform dalam sebuah film akan menjadi sebuah sistem besar yang semestinya menggerakkan industri kreatif.

Industri kreatif hari ini berkembang, bukan hanya pada apa yang kita kenal sebagai industri kerajinan rakyat. Hari ini, industri kreatif menjadi lebih luas. Di samping industri wisata dan hospitality, justru sebagian besar devisa bisa datang dari industri kreatif modern yang berhubungan dengan internet, animasi, film, musik, seni pertunjukan, dan game. Namanya industri kreatif, tentu saja devisa yang dihasilkan adalah devisa dari kreativitas orang Indonesia yang sudah dikenal hebat di mancanegara. Namun, karena disebut "industri", kreativitas ini harus dibangun dalam industrinya.

Silicon Valley, misalnya, tak sekadar mengandalkan orang jenius dan kreatif berkreasi membangun usaha baru di industri digital, internet, dan e-commerce. Namun, semua kreativitas ini difasilitasi dalam urusan pajak, hukum, infrastruktur, promosi, bisnis, networking, sampai-sampai semua orang yang masuk di wilayah itu terbantu sejak mengembangkan hingga menjual idenya di pasar industri yang sudah jadi.

Di Hollywood, orang yang mempunyai keterampilan menulis skenario, membuat gambar animasi, lalu mengemas karakter yang dibuat hingga dikenal dan dibeli oleh dunia adalah para profesional yang bekerja di lahan yang jelas hak dan kewajibannya. Sekali lagi, industri kreatif adalah kreativitas yang diwadahi dan dibangun industrinya supaya semua orang yang masuk di dalamnya mendapat kemudahan, mengikuti model bisnisnya, kemudian dipertemukan dengan investor atau orang yang bisa mengamplifikasi ide, sampai akhirnya karya tersebut dibeli dan dinikmati oleh orang lain di seluruh dunia.

Agung Adiprasetyo
CEO Kompas Gramedia
@AgungAdipraset3
@kompasklass #pertunjukan 

=======================
Dapatkan buku, komik dan merchandise resmi film Pendekar Tongkat Emas di Grazera.com
=======================

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau